Di kota perbatasan Yanji, Provinsi Jili, di wilayah China timur laut yang jauh dari pantai, nampak jelas bagaimana dekatnya hubungan China dengan Korea Utara dan bagaimana kedua negara itu saling membutuhkan.
YANJI, CHINA —
China kerap menyebut hubungannya dengan Korea Utara sedekat seperti bibir dan gigi, namun walaupun ketegangan di Semenanjung Korea meningkat, bisnis terus berlangsung antara Korea Utara dan kota Yanji yang terletak di perbatasan.
Di pusat penjualan makanan hasil laut setempat, seorang manajer yang nama keluarganya Wang memperlihatkan kepiting besar dengan capit-capit yang padat daging yang ditangkap di lepas pantai Korea Utara.Kepiting-kepiting itu dikirim setiap malam, kemudian dikemas dalam kotak-kotak es dan dikirim dengan pesawat udara ke Shanghai.
Wang mengatakan ketegangan di Semenanjung Korea hanya berdampak kecil terhadap bisnisnya, karena, seperti katanya, “setiap orang perlu makan.”
Ia mengatakan, “Benar-benar tidak ada krisis, satu-satunya kesulitan yang kami hadapi ada di laut, seperti angin topan, kapal-kapal yang tidak bisa menembus badai di laut, atau larangan penangkapan ikan yang diberlakukan secara musiman.”
Bisnis kepiting merupakan bagian dari perdagangan tahunan antara China dan Korea Utara yang bernilai lima milyar dolar. China memasok Korea Utara bahan bakar minyak dan pangan, dan sebaliknya membeli murah bijih besi dan batu bara.
Warga Korea Utara yang bekerja di paberik-paberik China di sepanjang perbatasan bertambah dan diperkirakan berjumlah 40.000 di wilayah itu.
Lim Eul-chul, guru besar kajian Korea Utara pada Universitas Kyungnam di Seoul, mengatakan, “Perusahaan-perusahaan China yang berlokasi di wilayah perbatasan sangat tertarik dengan upah rendah buruh Korea Utara, dan sumber-sumber mineral yang kaya. Mereka juga ingin menggunakan sumber daya manusia Korea Utara bukan hanya karena upah yang rendah, tetapi juga ingin mempekerjakan sebagian pekerja trampil Korea Utara dalam teknologi canggih, seperti di bidang teknologi informasi.”
Pariwisata ke Korea Utara dari China juga meningkat. Media pemerintah China baru-baru ini melaporkan, industri pariwisata melambung musim semi ini walaupun ketegangan meningkat.
Namun, awal minggu ini, paket-paket wisata ke Korea Utara ditangguhkan. Di sebuah kantor wisata setempat, pegawai-pegawainya mengatakan, hampir tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali duduk dan menunggu situasi berubah.
Namun, sebagian analis melihat adanya celah kesempatan, apabila Korea Utara mengesampingkan ambisi nuklirnya. Mereka mengatakan, selain ancaman Kim Jung Un baru-baru ini, ia juga berbicara tentang pembangunan ekonomi Korea Utara dan pebaikan kehidupan rakyat.
Di pusat penjualan makanan hasil laut setempat, seorang manajer yang nama keluarganya Wang memperlihatkan kepiting besar dengan capit-capit yang padat daging yang ditangkap di lepas pantai Korea Utara.Kepiting-kepiting itu dikirim setiap malam, kemudian dikemas dalam kotak-kotak es dan dikirim dengan pesawat udara ke Shanghai.
Wang mengatakan ketegangan di Semenanjung Korea hanya berdampak kecil terhadap bisnisnya, karena, seperti katanya, “setiap orang perlu makan.”
Ia mengatakan, “Benar-benar tidak ada krisis, satu-satunya kesulitan yang kami hadapi ada di laut, seperti angin topan, kapal-kapal yang tidak bisa menembus badai di laut, atau larangan penangkapan ikan yang diberlakukan secara musiman.”
Bisnis kepiting merupakan bagian dari perdagangan tahunan antara China dan Korea Utara yang bernilai lima milyar dolar. China memasok Korea Utara bahan bakar minyak dan pangan, dan sebaliknya membeli murah bijih besi dan batu bara.
Warga Korea Utara yang bekerja di paberik-paberik China di sepanjang perbatasan bertambah dan diperkirakan berjumlah 40.000 di wilayah itu.
Lim Eul-chul, guru besar kajian Korea Utara pada Universitas Kyungnam di Seoul, mengatakan, “Perusahaan-perusahaan China yang berlokasi di wilayah perbatasan sangat tertarik dengan upah rendah buruh Korea Utara, dan sumber-sumber mineral yang kaya. Mereka juga ingin menggunakan sumber daya manusia Korea Utara bukan hanya karena upah yang rendah, tetapi juga ingin mempekerjakan sebagian pekerja trampil Korea Utara dalam teknologi canggih, seperti di bidang teknologi informasi.”
Pariwisata ke Korea Utara dari China juga meningkat. Media pemerintah China baru-baru ini melaporkan, industri pariwisata melambung musim semi ini walaupun ketegangan meningkat.
Namun, awal minggu ini, paket-paket wisata ke Korea Utara ditangguhkan. Di sebuah kantor wisata setempat, pegawai-pegawainya mengatakan, hampir tidak ada yang bisa mereka lakukan kecuali duduk dan menunggu situasi berubah.
Namun, sebagian analis melihat adanya celah kesempatan, apabila Korea Utara mengesampingkan ambisi nuklirnya. Mereka mengatakan, selain ancaman Kim Jung Un baru-baru ini, ia juga berbicara tentang pembangunan ekonomi Korea Utara dan pebaikan kehidupan rakyat.