Hubungan dengan Rusia Bayangi Masa Jabatan Presiden Trump

  • Peter Heinlein

Presiden AS Donald Trump membela bahwa hubungan baik dengan Rusia merupakan aset bagi dunia dan aset bagi Amerika (foto: dok).

Jika ada satu kata tunggal yang mengganggu dan menentukan kepresidenan Donald Trump, itu adalah Rusia.)

"... Saya tidak punya hubungan dengan Rusia, semua orang tahu, itu tipuan Demokrat, itu alasan mengapa mereka kalah dalam pemilihan," tandas Trump.

Itu dikatakan Trump pada akhir tahun, guna menepis tuduhan bahwa dia bersikap lembut terhadap Rusia, mungkin sebagai imbalan kepada Rusia karena membantunya mengalahkan Hillary Clinton dalam pemilihan presiden.

Pada bulan Januari, dua minggu sebelum Trump dilantik sebagai presiden, Direktur Intelijen Nasional AS, James Clapper mengeluarkan sebuah temuan bahwa CIA, FBI dan NSA bersama-sama menyimpulkan, Vladimir Putin mencoba untuk memastikan kemenangan Trump.

Pernyataan Badan-Badan Intelijen Nasional itu berbunyi: "Kami menilai, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan dilakukan kampanye tahun 2016 ditujukan bagi pemilu presiden AS. Tujuan Rusia adalah melemahkan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi AS, merendahkan Menlu Clinton, dan merugikan elektibilitas dan peluangnya dipilih menjadi presiden. Kami menilai lebih jauh, Putin dan Pemerintah Rusia lebih suka Trump yang dipilih menjadi presiden. Kami memiliki keyakinan tinggi dalam penilaian ini."

Temuan itu segera mendorong Kongres melakukan penyelidikan. Pada bulan Maret, Direktur FBI James Comey menegaskan bahwa kantornya juga melakukan penyelidikan, melihat kemungkinan adanya kolusi antara kubu Trump dan Kremlin.

Segera setelah itu, Trump memecat Comey. Hal itu memicu penunjukan Penyelidik Khusus, Robert Mueller, yang penyelidikan yang mendalam sudah menghasilkan dakwaan serta pengakuan dari beberapa pejabat kubu kampanye Trump atas berbagai tuduhan.

Sebagai presiden, kata-kata Trump dan perbuatannya kadang bertentangan satu sama lain.

Trump baru-baru ini menyetujui penjualan senjata mematikan untuk pasukan Ukraina yang memerangi separatis yang didukung Rusia dan menandatangani undang-undang sanksi baru terhadap Moskow atas situasi di Ukraina, meskipun dia menyebut undang-undang tersebut "sangat cacat".

Namun dalam pidatonya, ia masih berbicara tentang mencoba memperbaiki hubungan dengan Kremlin.

"..Dan saya merasa bersikap ramah dan tidak bertengkar dengan Rusia, merupakan aset bagi dunia dan aset bagi negara kita, bukan suatu kekurangan," imbuh Trump.

Pengamat mengatakan, Rusia telah menjadi prisma melalui mana tiap gerak Trump dilihat, menempatkan presiden bersikap lebih keras terhadap Kremlin daripada yang seharusnya.

"Seolah-olah ia mencoba bersikap berlebihan sehingga orang tidak menganggap terburuk tentang dia dan Vladimir Putin," kata James Kirchik dari Brookings Institution.

Tahun kedua Donald Trump menjabat tampaknya nanti seperti tahun pertama yang didominasi oleh Rusia, karena penyelidikan khusus oleh Robert Mueller bergerak tanpa hambatan menuju sebuah kesimpulan, dan presiden maju terus sementara ia berhadapan di panggung dunia dengan satu-satunya orang yang diberi peringkat oleh Majalah Forbes lebih berkuasa daripada dia, Vladimir Putin. [ps/al]