Hubungan Mesir-Turki Memburuk Pasca Kudeta Gagal

Warga menaiki tank militer di Ankara, Turki (16/7). (Reuters/Tumay Berkin)

Banyak warga Mesir menganggap upaya kudeta itu paling tidak sukses pada satu sisi: memperlihatkan Presiden Turki sebagai karakter yang buruk.

Media Mesir menyambut gembira saat upaya kudeta berlangsung di Turki, dan secara prematur mendeklarasikan kudeta itu sukses. Sebuah judul berita utama di harian Mesir terkemuka mengatakan: “Pesan militer: Hubungan dengan dunia akan dilanjutkan.”

Berminggu-minggu kemudian, banyak warga Mesir yang mengikuti pemerintah mereka dengan mengutarakan ketidaksukaan terhadap Presiden Recep Tayip Erdogan dan menganggap upaya kudeta itu paling tidak sukses pada satu sisi: memperlihatkan Presiden Turki sebagai karakter yang buruk.

“Kudeta itu tidak berhasil karena dia masih berkuasa,” kata Sherif Adel, 22. “Tetapi dia kehilangan banyak hal.”

Setelah kudeta gagal itu, puluhan ribu orang di Turki ditangkap, ditahan, atau dipecat dalam sebuah upaya pembersihan terhadap mereka yang dicurigai memberontak, sehingga mengundang kritik dari kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Analis Mesir mengecam penumpasan ini. Beberapa malahan mengatakan, Erdogan sendiri memicu kudeta ini sebagai alasan untuk memberangus oposisi.

Di PBB, Mesir menghalangi upaya merilis pernyataan Dewan Keamanan agar masyarakat internasional “menghormati pemerintah yang terpilih secara demokratis di Turki.”

Menanggapi hal itu, Erdogan mengatakan Presiden Mesir Abdul Fatah el-Sisi “tidak punya kaitan dengan demokrasi. Dia membunuh ribuan warganya sendiri.”

Sebagai respon, Kementerian Luar Negeri Mesir mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan, Presiden Turki itu “mencampur-adukkan masalah dan kehilangan akal sehat.”

Terkait tuntutan Turki terhadap Amerika untuk mengekstradisi Fethulah Gulen yang dituduh mendalangi kudeta, pejabat di Kairo mengatakan Mesir bersedia memberikan suaka politik kepada ulama Turki yang berusia 75 tahun itu. [jm]