Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan “tentu saja bebas menyampaikan pandangan dan rasa frustrasinya”, ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika John Kirby.
Erdogan dalam pidato melalui televisi Selasa pagi menegaskan bahwa “aktor-aktor di dalam Turki bertindak berdasarkan skenario kudeta yang dibuat di luar Turki” dan mereka yang selama ini “dinilai Turki sebagai teman ternyata memihak mereka yang merencanakan kudeta dan para teroris”.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika berkeras bahwa meskipun ada kecaman provokatif Erdogan itu, “yang terpenting adalah kemitraan dengan Turki ke depan”.
Dalam pidatonya Erdogan secara langsung menyerukan kepada Amerika untuk mengekstradisi mantan imam yang dituduhnya sebagai otak di balik upaya menggulingkannya dari pemerintahan yang terpilih secara demokratis. “Mitra strategis seperti apa yang masih menjadi tempat pengasingan seseorang yang sudah diminta untuk segera diekstradisi?”, ujar Erdogan.
Fetullah Gulen – pesaing Erdogan yang kini berusia 75 tahun telah hidup dalam pengasingan di Philadelphia selama hampir 20 tahun – menyangkal terlibat dalam pergolakan di Turki itu.
Namun pejabat-pejabat Turki mengatakan telah mengirim sejumlah dokumen kedua kepada pemerintah Amerika yang merinci mengapa Gulen – yang menurut Turki memimpin organisasi teroris – perlu ditahan.
Pejabat-pejabat Amerika tidak secara langsung menanggapi permintaan Turki tersebut, dan hanya mengatakan bahwa dokumen yang dikirim itu telah diterima dan sedang dianalisa, tetapi tidak ada keputusan apapun yang dibuat tentang permintaan ekstradisi yang disampaikan secara resmi oleh pemerintah Turki itu. [em]