Human Rights Watch mengatakan pasukan Suriah “sudah hampir pasti” bertanggung jawab atas serangan senjata kimia bulan lalu.
Organisasi hak azasi 'Human Rights Watch' mengatakan dalam laporan baru hari Selasa (10/9) bahwa jenis roket yang digunakan, foto-foto dan video dari tempat serangan, dan wawancara dengan korban dan dokter semuanya memberi indikasi bahwa serangan tersebut dilakukan oleh pasukan pemerintah. Organisasi itu juga mengatakan tuduhan tanggung jawab pemberontak kurang dapat dipercaya dan tidak cocok dengan bukti-bukti.
Laporan itu datang sementara para pemimpin dunia mengutarakan dukungan pada gagasan sekutu Suriah, Rusia, untuk menempatkan senjata kimia negara itu di bawah pengawasan internasional.
Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Moallem mendukung gagasan yang diajukan hari Senin, dengan mengatakan itu adalah satu cara untuk menghindarkan apa yang disebutnya 'agresi Amerika'. Iran, satu lagi sekutu Suriah, mengatakan hari Selasa negara itu menyambut baik gagasan tersebut.
Khaledf Saleh, seorang jurubicara oposisi utama Koalisi Nasional Suriah mengecam gagasan tersebut, dengan mengatakan Presiden Bashar al-Assad tidak akan mungkin melaksanakannya dan akan menggunakan langkah tersebut untuk mengulur waktu.
Perdana Menteri Inggris David Cameron, yang parlemennya menolak gagasan intervensi militer, menyambut baik gagasan itu, tetapi juga mengatakan dunia perlu memastikan bahwa itu bukan siasat mengalihkan perhatian.
Laporan itu datang sementara para pemimpin dunia mengutarakan dukungan pada gagasan sekutu Suriah, Rusia, untuk menempatkan senjata kimia negara itu di bawah pengawasan internasional.
Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Moallem mendukung gagasan yang diajukan hari Senin, dengan mengatakan itu adalah satu cara untuk menghindarkan apa yang disebutnya 'agresi Amerika'. Iran, satu lagi sekutu Suriah, mengatakan hari Selasa negara itu menyambut baik gagasan tersebut.
Khaledf Saleh, seorang jurubicara oposisi utama Koalisi Nasional Suriah mengecam gagasan tersebut, dengan mengatakan Presiden Bashar al-Assad tidak akan mungkin melaksanakannya dan akan menggunakan langkah tersebut untuk mengulur waktu.
Perdana Menteri Inggris David Cameron, yang parlemennya menolak gagasan intervensi militer, menyambut baik gagasan itu, tetapi juga mengatakan dunia perlu memastikan bahwa itu bukan siasat mengalihkan perhatian.