Rafael Grossi, Kepala Badan Energi Atom Internasional IAEA hari Rabu (5/7) pergi ke kota Iwaki, sekitar 40 kilometer selatan Fukushima untuk bertemu dengan para pejabat lokal dan wakil-wakil komunitas nelayan di kota itu.
“Apa yang dilakukan IAEA, yang merupakan badan PBB urusan nuklir, adalah membuat kami terlibat dengan pekerjaan ini. Bukan seperti yang dikatakan sebagian orang, bahwa kami bertujuan politis, atau ingin menutupi, membenarkan, membuat seakan-akan sesuatu yang buruk menjadi baik,” ujar Grossi.
BACA JUGA: IAEA Setujui Rencana Pembuangan Air Limbah PLTN FukushimaGrossi pada hari Rabu juga datang ke PLTN Fukushima, mengamati tempat pengolahan air limbah radioaktif sebelum diangkut melalui pipa hitam dari tangki pengambil sampel dan pencampur ke sebuah fasilitas di pantai, untuk diencerkan setidaknya 100 kali dengan menggunakan air laut. Menurut rencana air limbah radioaktif yang sudah diolah ini akan dibuang ke Samudra Pasifik, satu kilometer lepas pantai, melalui sebuah terowongan bawah laut.
Grossi memastikan kepada wartawan bahwa “tingkat radioaktif jauh di bawah standar yang disetujui.”
IAEA Lakukan Kajian Sejak Tahun 2021
Sejak tahun 2021, atas permintaan pemerintah Jepang, tim IAEA telah melakukan kajian atas keamanan rencana pembuangan limbah radioaktif nuklir dari PLTN Fukushima yang hancur akibat gempa dahsyat dan tsunami tahun 2011. Grossi menyampaikan tinjauan akhir atas kajian timnya itu kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida hari Selasa (4/7), yang akan membuat keputusan akhir tentang seberapa cepat pelepas limbah yang kontroversial itu dapat dimulai.
Meskipun sudah mendapat lampu hijau dari IAEA, sebagian negara tetangga Jepang tetap menyampaikan kekhawatiran mereka. China memperingatkan bahwa dukungan IAEA sedianya tidak menjadi “izin” bagi Jepang untuk melepas air limbah radioaktif yang telah diolah itu ke Samudra Pasifik.
Sementara di Korea Selatan, meskipun Wakil Menteri Pertama diKantor Koordinasi Kebijakan Pemerintah Korea Selatan Park Gu-yeon mengatakan menghormati hasil kajian IAEA dan meyakinkan warga agar mereka tidak khawatir dengan rencana Jepang itu; tetapi anggota Federasi Gerakan Lingkungan Hidup Korea Ahn Jae Hun mengatakan pembuangan air limbah radioaktif yang sudah diolah itu tetap tidak dapat diterima karena IAEA tidak mengkaji alternatif lain selain membuangnya ke laut. [em/jm]