Pertempuran berkecamuk di ibu kota Sudan pada hari Selasa (27/6), pada malam menjelang hari raya Iduladha, setelah pasukan paramiliter merebut markas utama kepolisian Khartoum.
Pertempuran antara tentara Sudan pimpinan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pimpinan Jenderal Mohamed Hamdan Daglo di kota itu kini terkonsentrasi di sekitar pangkalan militer.
Pada saat yang sama, di Darfur, Sudan barat, konflik itu memburuk hingga ke “tingkat yang mengkhawatirkan,” kata PBB memperingatkan.
Sejak perang itu meletus pada 15 April, RSF telah mendirikan sejumlah pangkalan di lingkungan permukiman penduduk di ibu kota, sementara pasukan tentara Sudan kesulitan menguasai kekuatan darat, meski unggul di udara.
Sementara RSF berusaha merebut seluruh Khartoum, jutaan orang masih bersembunyi dan terjebak dalam baku tembak, tanpa akses listrik dan air.
Pada Minggu (25/6) malam, RSF mengatakan telah merebut markas besar polisi paramiliter cadangan pusat di tepi selatan Khartoum, yang diberi sanksi tahun lalu oleh Washington karena pelanggaran HAM.
Pada hari Selasa (27/6), RSF menyerang markas angkatan darat di Khartoum tengah, utara dan selatan, kata saksi mata.
Mawaheb Omar, ibu empat anak yang tidak mau meninggalkan rumahnya, mengatakan kepada AFP bahwa Iduladha, yang biasanya menjadi perayaan besar-besaran di Sudan, akan terasa “menyedihkan dan hambar,” karena ia tidak bisa menikmati hidangan daging kambing seperti biasanya. [rd/jm]