Komite Palang Merah Internasional, ICRC, telah memutuskan untuk mengurangi secara drastis kehadiran dan operasi bantuannya di Afghanistan, dengan menyebut serangkaian serangan yang telah menewaskan tujuh orang stafnya, termasuk seorang warga asing.
“Ini adalah saat yang sulit bagi Palang Merah Internasional dan stafnya. Setelah hadir selama 30 tahun di negara ini, kami mengurangi kehadiran dan operasi kami,” kata Monica Zanarelli, Direktur ICRC untuk Afghanistan hari Senin.
“Tetapi perlu dijelaskan bahwa kami tidak meninggalkan Afghanistan,” tambah Zanarelli kepada wartawan di Kabul.
Selama 30 tahun telah terjadi insiden-insiden keamanan yang mengganggu kegiatan bantuan, kata Zanarelli, namun tiga serangan langsung di Afghanistan utara sejak bulan Desember telah mengimbas ICRC secara keseluruhan.
Itu mencakup serangan terhadap pusat rehabiitasi terbesar di negara itu yang terletak di kota Mazar-i-Sharif, di mana terapis fisik dari Spanyol berumur 38 tahun, Lorena Enebral, ditembak tewas seorang pasien di dalam fasilitas ortopedik.
“Insiden terbaru itu sangat memukul perasaan kami karena dilakukan di lokasi yang selama ini dianggap paling aman untuk siapapun di Afghanistan, yang telah selama puluhan tahun merawat warga yang paling rentan. Fasilitas ini diserang oleh seorang pasien jangka panjang. Ini sangat mengejutkan bukan saja bagi kami di Afghanistan tetapi juga seluruh organisasi Palang Merah Internasional,” tandas Zanarelli.
Kantor ICRC di provinsi Faryab dan Kunduz yang resah di utara akan ditutup akhir tahun ini sementara kantor pusat di Mazar-i-Sharif, ibukota provinsi Balkh, akan sangat dikurangi stafnya.
Salah satu insiden keamanan lain yang membuat ICRC sangat mengurangi kegiatannya di Afghanistan adalah diculiknya seorang staf ICRC di Kunduz bulan Desember tahun lalu. Staf itu dibebaskan empat pekan kemudian.
Insiden itu disusul pembunuhan enam staf dan penculikan dua staf setelah militan menyerang misi bantuan ICRC yang sedang lewat di provinsi Jawzjan.
Staf yang diculik dibebaskan awal September, beberapa hari sebelum terapis fisik Spanyol itu ditembak tewas di Mazar-i-Sharif.
Insiden-insiden itu membuat ICRC tidak punya pilihan lain kecuali mengurangi kegiatan bantuan di negara itu, kata Zanarelli. Ia menambahkan, ICRC sampai sekarang tidak tahu dengan jelas mengenai alasan serangan-serangan itu dan tidak mau berspekulasi mengenai siapa yang mungkin menjadi dalangnya.
Taliban telah menyatakan tidak terlibat dalam serangan-serangan terhadap ICRC. Beberapa laporan media lokal mengatakan, militan yang terkait dengan ISIS berdiri di balik beberapa serangan itu.
Saat ini, ICRC memiliki 1.800 orang staf di Afghanistan, termasuk 120 warga asing, jelas Zanarelli. [ds]