Bagi muslim seperti Burhan Hadi, Idul Adha adalah salah satu hari yang harus dirayakan. Namun, tidak seperti tahun-tahun sebelumya, kali ini perayaan itu terasa berbeda. Sebagai korban gempa, warga Mentigi, Lombok Utara yang kini menjadi pengungsi itu mengaku, diliputi rasa prihatin. Masjid kebanggaan warga desa hancur tak bisa digunakan, sebagaimana rumah-rumah yang mengelilinginya.
“Alhamdulillah, kita baik-baik saja. Walaupun kita dirundung musibah seperti ini, namun semua warga disini antusias. Semua keluar untuk melaksanakan Sholat Idul Adha walaupun di bawah tenda. Sementara ini, dalam menghadapi musibah kami hanya bisa pasrah. Semua kembali kepada Allah, bagaimana baiknya, dan juga kami mohon doa dari semua, supaya kami di Lombok dalam menghadapi musibah ini bisa kuat, tabah dan ikhlas atas segalanya karena ini adalah ujian bagi kita sebagai manusia,” kata Burhan Hadi.
Kampung Mentigi ada di tepi jalan Mataram menuju Pemenang, Lombok Utara. Setiap hari, kendaraan bantuan, staf organisasi sosial dan relawan silih berganti melewati kawasan ini. Dibandingkan dengan kawasan lain, Mentigi stabil lebih cepat dan menerima bantuan logistik yang cukup.
Irvan Ramli, relawan dari Forum Silaturahmi Muslim Lippo Cikarang yang mendirikan posko di lapangan Mentigi berhasil mengumpulkan sembilan ekor sapi. Dua ekor diantaranya dibeli dari dana kurban warga Lippo Cikarang.
Sejumlah organisasi bantuan juga mengalirkan cukup banyak hewan kurban ke Lombok tahun ini. PKPU, ACT, Dompet Dhuafa adalah beberapa lembaga yang tahun ini secara khusus menyalurkan daging kurban ke Lombok. Begitupun sejumlah Badan Usaha Milik Negara, masjid-masjid besar, pondok pesantren dan perusahaan swasta. TNI Angkatan Udara bahkan menyediakan pesawat Hecules untuk mengangkut daging kurban ke lokasi bencana.
“Hewan kurban ini ada yang dari Jakarta, ada juga yang dari pejabat di Lombok sini, mereka antar kesini tadi malam. Hari Rabu ini kita akan memotong lima ekor, besok dipotong empat ekor jadi total ada sembilan untuk pos pengungsian lapangan Mentigi. Ini dibagi untuk dusun Mentigi dan dusun-dusun di sekitarnya, ada sekitar 5.000 penerima lebih. Dari dusun Mentigi saja ada 1.500 orang,” jelasnya.
Ria Apriani, warga Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara mengaku tetap mampu merayakan Idul Adha dengan sukacita. Dia menceritakan, pelaksanaan sholat Ied hari Rabu pagi di sejumlah titik pengungsian berjalan khidmat. Hari raya ini bahkan bisa dijadikan momen perenungan untuk memaknai bencana yang melanda mereka secara lebih arif.
“Kesedihan tetap ada, hanya kami sudah tidak larut dalam kesedihan panjang. Kami mengajak semua warga untuk bangkit dan tidak meratapi. Kita harus menerima ini sebagai bencana alam dan tidak menyalahkan siapa pun atas semua ini,” kata Ria.
Agus Marsandi dari Sembalun, Lombok Timur kepada VOA juga menyatakan, Idul Adha tahun ini berjalan khusyuk meski di tengah suasana prihatin. Mayoritas masjid di kawasan itu rusak berat dan tidak dapat digunakan lagi. “Semua merayakan meski harus sholat di tengah sawah atau lapangan karena semua masjid rusak. Daging kurban, Alhamdulillah cukup meskipun masing-masing hanya menerima sedikit-sedikit,” ujar Agus.
Your browser doesn’t support HTML5
Di pusat pengungsian Montong, hewan kurban banyak datang justru dari para korban gempa sendiri. Herman, koordinator pengungsi di kawasan ini mengatakan kepada VOA, seperti tahun sebelumnya, mereka pergi ke makam leluhur setelah melaksanakan sholat Ied. Meski
dalam keterbatasan, korban gempa tetap ingin bersuka cita merayakan hari raya.
“Kalau dihitung hewan kurban yang dipotong tidak jauh beda dengan tahun lalu, bahkan agak lebih banyak tahun ini sepertinya. Tadi waktu diumumkan, itu yang kurban bukan dari pihak luar, tetapi justru dari korban gempa, masyarakat setempat,” kata Herman.
Dari Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Muhammad Ulil Huda, koordinator pengungsi kawasan tersebut mengatakan, masih ada kekuangan daging kurban di sejumlah titik. Dalam pertemuan 25 dusun dari Kecamatan Pemenang dan Tanjung, diperoleh data 19.000 korban gempa yang membutuhkan daging kurban. Sejauh ini, mereka sudah menerima tiga ekor sapi dan 11 ekor kambing.
“Tetapi ada hewan kurban di masjid-masjid besar dan posko pengungsi. Jadi jumlah pastinya tentu lebih dari itu. Namun kami masih menunggu tambahan hewan kurban hingga tiga hari ke depan. Termasuk juga sembako untuk memasak dan menikmati daging kurban itu,” ujar Ulil Huda.
Gubernur Nusa Tenggara Barat, M. Zainul Majdi, Rabu pagi (22/8) melaksanakan sholat Idul Adha di lapangan Desa Sumur Pande, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan Lombok Utara. Gubernur yang menjadi khotib dalam khutbahnya mengajak seluruh masyarakan korban gempa untuk selalu sabar menghadapi bencana. “Bencana yang menerpa orang beriman tidak boleh mengurangi kesyukuran kepada Allah SWT,” ungkap TGB di hadapan ribuan jamaah sholat Ied seperti dilaporkan media lokal. [ns/em]