Ikhwanul Muslimin Mesir menyerukan protes besar-besaran hari Jumat (5/7) menentang penggulingan yang didukung militer Presiden Islamis Mohamed Morsi.
Ikhwanul Muslimin adalah anggota aliansi partai-partai Islamis yang menyerukan protes damai setelah sembahyang Jum’at di seluruh negara itu.
Hingga saat ini, suasana di jalan-jalan sebagian besar diwarnai perayaan mengingat Morsi digulingkan militer menyusul berhari-hari protes besar oposisi.
Morsi kini digantikan Adly Mansour, ketua Mahkamah Agung negara itu yang dilantik hari Kamis sebagai presiden sementara – sebuah langkah yang segera ditolak Ikhwanul Muslimin.
Islam Abdel-Rahman dari Komisi Urusan Luar Negeri Partai Kebebasan dan Keadilan -- sayap politik Ikhwanul Muslimin – mengatakan kepada VOA, kelompok ini tidak akan terlibat dalam proses politik yang dipimpin militer. Meski demikian, ia mengatakan, kelompoknya tetap menyerukan protes yang sepenuhnya damai menentang langkah itu.
Protes hari Jumat dipandang sebagai ujian mengenai apakah faksi Islamis itu masih memiliki dukungan rakyat yang membawanya ke kekuasaan dalam serangkaian pemilihan yang diadakan sejak penggulingan pemimpin otoriter Hosni Mubarak tahun 2011.
Kelompok itu telah mengatakan mereka tidak akan berperang melawan militer, dan tidak ada tanda-tanda munculnya kekerasan massal. Namun, ada kekhawatiran akan munculnya pembalasan yang luas terhadap apa yang dianggap oleh Ikhwanul kudeta militer terhadap pemimpin mereka yang terpilih secara demokratis.
Jumat pagi, para pejabat keamanan mengatakan “orang-orang bersenjata Islamis” menyerang beberapa pos pemeriksaan militer dan polisi di Sinai utara, menewaskan seorang tentara Mesir dan melukai setidaknya dua lainnya.
Hingga saat ini, suasana di jalan-jalan sebagian besar diwarnai perayaan mengingat Morsi digulingkan militer menyusul berhari-hari protes besar oposisi.
Morsi kini digantikan Adly Mansour, ketua Mahkamah Agung negara itu yang dilantik hari Kamis sebagai presiden sementara – sebuah langkah yang segera ditolak Ikhwanul Muslimin.
Islam Abdel-Rahman dari Komisi Urusan Luar Negeri Partai Kebebasan dan Keadilan -- sayap politik Ikhwanul Muslimin – mengatakan kepada VOA, kelompok ini tidak akan terlibat dalam proses politik yang dipimpin militer. Meski demikian, ia mengatakan, kelompoknya tetap menyerukan protes yang sepenuhnya damai menentang langkah itu.
Protes hari Jumat dipandang sebagai ujian mengenai apakah faksi Islamis itu masih memiliki dukungan rakyat yang membawanya ke kekuasaan dalam serangkaian pemilihan yang diadakan sejak penggulingan pemimpin otoriter Hosni Mubarak tahun 2011.
Kelompok itu telah mengatakan mereka tidak akan berperang melawan militer, dan tidak ada tanda-tanda munculnya kekerasan massal. Namun, ada kekhawatiran akan munculnya pembalasan yang luas terhadap apa yang dianggap oleh Ikhwanul kudeta militer terhadap pemimpin mereka yang terpilih secara demokratis.
Jumat pagi, para pejabat keamanan mengatakan “orang-orang bersenjata Islamis” menyerang beberapa pos pemeriksaan militer dan polisi di Sinai utara, menewaskan seorang tentara Mesir dan melukai setidaknya dua lainnya.