Setelah bentrokan yang menewaskan puluhan orang, beberapa ruas jalan Kairo penuh puing-puing dan gas air mata masih memenuhi udara.
KAIRO, MESIR —
Laki-laki ini, Yasser, terluka dalam bentrokan hari Sabtu pagi (27/7). Ia mengungkapkan, bentrokan itu dimulai dengan konflik antara pendukung Presiden terguling Mohamed Morsi dan pendukung Panglima Militer Abdel Fattah el-Sissi. Sissi, yang kini mengatakan menahan Morsi, menuntut agar seluruh partai Morsi, Ikhwanul Muslimin, berdamai dengan tentara secara politik.
Pekan lalu, Sissi menyerukan protes besar-besaran melawan "teror". Bagi banyak warga Mesir yang datang untuk melancarkan aksi protes di Tahrir Square, seruan itu identik dengan memprotes Ikhwanul Muslimin. Sementara massa memadati alun-alun tersebut Jumat malam, laki-laki ini, Gameel, mengatakan penggulingan Morsi adalah kehendak rakyat setelah protes publik besar-besaran menuntut pencopotannya, dan bukan kudeta militer.
Gameel mengatakan, musuh dalam benaknya, adalah Ikhwanul Muslimin.
Tetapi pada kamp protes pro-Morsi, koordinator media, Mohammad Soltan mengatakan, Sissi sengaja meminta pendukungnya menyerang pendukung Morsi dan bahwa mereka semua tidak bersenjata.
"Mereka menyebutnya perang melawan teror. Ini adalah teror. Kami melancarkan protes damai, jadi yang mereka miliki hanyalah suara dan tubuh mereka. Dan mereka duduk di sebelah sana, menyatakan kami akan berjuang untuk kebebasan ini. Dan Anda akan menembaki mereka?," tanya Soltan.
Ia mengatakan, meskipun banyak warga Mesir percaya Morsi gagal menepati janji dan memimpin negara secara demokratis, warga Mesir menyepakati pemerintahan yang demokratis dan memilih Morsi.
"Ini bukan cara kerja demokrasi. Kita tidak usah memilih jika ingin menggulingkan Presiden. Kita tunggu sampai masa jabatan selesai," tambah Soltan.
Warga Mesir melancarkan aksi protes hampir terus-menerus sejak demonstrasi menggulingkan pemerintahan Hosni Mubarak, yang sudah berkuasa 30 tahun, pada Februari 2011. Tetapi kelompok aktivis terpecah, aliansi bergeser dan aksi protes saingan di seluruh negeri telah menewaskan lebih dari 100 orang dalam beberapa pekan terakhir.
Tetapi dalam kamp di Kairo ini, demonstran mengatakan, meski terjadi kekerasan baru-baru ini, warga Mesir menggulingkan diktator dengan demonstrasi damai dan bahwa mereka lebih baik mati daripada berhenti berdemonstrasi sebelum tuntutan mereka dipenuhi.
Pekan lalu, Sissi menyerukan protes besar-besaran melawan "teror". Bagi banyak warga Mesir yang datang untuk melancarkan aksi protes di Tahrir Square, seruan itu identik dengan memprotes Ikhwanul Muslimin. Sementara massa memadati alun-alun tersebut Jumat malam, laki-laki ini, Gameel, mengatakan penggulingan Morsi adalah kehendak rakyat setelah protes publik besar-besaran menuntut pencopotannya, dan bukan kudeta militer.
Gameel mengatakan, musuh dalam benaknya, adalah Ikhwanul Muslimin.
Tetapi pada kamp protes pro-Morsi, koordinator media, Mohammad Soltan mengatakan, Sissi sengaja meminta pendukungnya menyerang pendukung Morsi dan bahwa mereka semua tidak bersenjata.
"Mereka menyebutnya perang melawan teror. Ini adalah teror. Kami melancarkan protes damai, jadi yang mereka miliki hanyalah suara dan tubuh mereka. Dan mereka duduk di sebelah sana, menyatakan kami akan berjuang untuk kebebasan ini. Dan Anda akan menembaki mereka?," tanya Soltan.
Ia mengatakan, meskipun banyak warga Mesir percaya Morsi gagal menepati janji dan memimpin negara secara demokratis, warga Mesir menyepakati pemerintahan yang demokratis dan memilih Morsi.
"Ini bukan cara kerja demokrasi. Kita tidak usah memilih jika ingin menggulingkan Presiden. Kita tunggu sampai masa jabatan selesai," tambah Soltan.
Warga Mesir melancarkan aksi protes hampir terus-menerus sejak demonstrasi menggulingkan pemerintahan Hosni Mubarak, yang sudah berkuasa 30 tahun, pada Februari 2011. Tetapi kelompok aktivis terpecah, aliansi bergeser dan aksi protes saingan di seluruh negeri telah menewaskan lebih dari 100 orang dalam beberapa pekan terakhir.
Tetapi dalam kamp di Kairo ini, demonstran mengatakan, meski terjadi kekerasan baru-baru ini, warga Mesir menggulingkan diktator dengan demonstrasi damai dan bahwa mereka lebih baik mati daripada berhenti berdemonstrasi sebelum tuntutan mereka dipenuhi.