Ilmuwan: Panen Air dari Udara Tipis Bisa Dilakukan

Seorang wanita mengumpulkan air yang bocor dari katup pengaman di sebuah jaringan air bawah tanah pada Hari Air Dunia di Kolkata, India tanggal 22 Maret 2017 (foto: AP Photo/Bikas Das)

Para peneliti Amerika hari Kamis menyatakan orang yang tinggal di daerah gersang, yang dilanda kekeringan tidak lama lagi akan dapat memperoleh air langsung dari sumber yang ada di sekitar mereka – udara.

Orang yang tinggal di daerah gersang, yang dilanda kekeringan tidak lama lagi akan dapat memperoleh air langsung dari sumber yang ada di sekitar mereka – udara, ujar para peneliti Amerika hari Kamis.

Para ilmuwan telah mengembangkan sebuah kotak yang dapat mengubah udara dengan tingkat kelembaban rendah menjadi air, yang mampu memproduksi beberapa liter air setiap 12 jam, tulis mereka di jurnal Science.

“Kotak ini mengambil air dari udara dan kotak ini menangkapnya,” ujar Evelyn Wang, seorang insinyur mesin di the Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan salah satu penulis makalah tersebut.

Teknologi ini bisa jadi “sangat bermanfaat untuk daerah-daerah terpencil dimana ada keterbatasan dalam infrastruktur,” ujarnya.

Sistem ini, yang saat ini masih dalam fase purwarupa, menggunakan bahan yang menyerupai tepung pasir untuk menangkap udara dalam pori-porinya yang kecil. Ketika dipanasi oleh sinar matahari atau sumber lain, molekul-molekut air dalam udara yang terperangkap dirilis dan dikondensasi – pada intinya “menarik” air dari udara, ujara para ilmuwan.

Sebuah ujicoba baru-baru ini di atap MIT mengkonfirmasi sistem ini yang mampu memproduksi sekitar segelas air setiap jamnya dalam tingkat kelembaban udara antara 20 hingga 30 persen.

Perusahaan-perusahaan seperti Water-Gen dan EcoloBlue sudah memproduksi unit atmosferik yang dapat menghasilkan air yang memanen air dari udara.

Apa yang spesial dari purwarupa produk ini, adalah, unit ini dapat “membudidayakan” air dalam lingkungan dengan tingkat kelembaban rendah tanpa perlu energi, ujar Wang.

“Tidak membutuhkan sistem yang rumit yang membutuhkan sejenis siklus pendinginan,” ujarnya dalam sebuah wawancara dengan Reuters.

Sekitar sepertiga penduduk dunia tinggal di daerah-daerah dengan tingkat kelembaban udara yang relatif rendah, ujar para ilmuwan. Daerah-daerah yang dilanda kekeringan seringkali diterpa udara kering, namun Wang mengatakan produk baru ini tetap dapat membantu mereka untuk mendapatkan air.

“Sekarang kita dapat pergi ke daerah-daerah yang lumayan kering, kawasan-kawasan gersang,” ujarnya. “Kami dapat memasok mereka dengan alat ini, dan mereka dapat menggunakannya dengan mudah.”

Teknologi ini membuka pintu untuk apa yang disebut oleh salah satu penyusun makalah, Omar Yaghi, sebagai “air yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi.”

Yaghi, seorang profesor kimia di University of California, Berkeley, membayangkan masa depan dimana air di produksi tanpa tergantung jaringan pipa ke rumah-rumah pribadi dan kemungkinan juga ladang pertanian yang menggunakan alat ini.

“Aplikasi alat ini lebih luas dari sekedar air minum dan untuk tujuan rumah tangga, tidak tergantung jaringan pipa,” ujarnya. “Penemuan ini membuka penggunaan teknologi untuk mengairi kawasan pertanian yang luas.”

Dalam beberapa tahun ke depan, ujar Wang, para pengembang berharap untuk menemukan cara mereproduksi alat ini dalam skala besar dan berangsur-angsur memproduksi sebuah produk resmi. Produk yang dihasilkan, menurut keyakinannya, akan cukup terjangkau dan mudah didapat. [ww]