Sebelum pandemi virus corona diperkirakan ada 260 juta orang, yang mewakili 7,9% tenaga kerja di dunia, bekerja di rumah. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan jumlah ini kini jauh lebih tinggi lagi.
ILO mengatakan masalah-masalah yang mempengaruhi para pekerja ini seringkali tidak kelihatan karena mereka terjadi dalam ruang lingkup privasi mereka sendiri. Laporan itu mendapati bahwa sekitar 90% pekerjaan informal dilakukan di dalam batas-batas rumah mereka. Mereka memproduksi barang-barang yang tidak dapat dilakukan dengan mesin, seperti garmen, kerajinan tangan dan merakit barang-barang elektronik.
BACA JUGA: PRT: Pekerja, Tetapi Bukan PekerjaEkonom senior ILO yang juga penulis laporan itu, Janine Berg, mengatakan pada VOA, orang-orang yang menghasilkan produk industri tradisional ini tidak dihitung dan mudah dieksploitasi.
“Mereka tidak memiliki perlindungan sosial. Mereka lebih rentan terpapar risiko kesehatan dan keselamatan. Sebagian diantara mereka bekerja di posisi yang tidak aman, misalnya dapat mengakibatkan gangguan otot. Penghasilan mereka di bawah upah minimum. Jam kerja mereka sangat sulit diprediksi. Terkadang mereka bekerja dalam waktu yang sangat intens. Namun kadang-kadang tanpa pekerjaan sama sekali. Jadi semua ketidakstabilan ini ada.”
BACA JUGA: Xinhua Serukan Pengakhiran Jam Kerja Panjang di Sektor TeknologiDi belahan bumi utara, laporan itu mendapati peningkatan jumlah pekerja kelas menengah yang juga bekerja dari rumah. Ini mencakup mereka yang diperkenankan melakukan pekerjaan seperti biasa dari rumah atau teleworkers, dan para pekerja platform digital yang berkantor di rumah. Berg mengatakan keadaan mereka lebih buruk dibanding yang bekerja di luar rumah.
“Lagi-lagi, Anda bekerja dari rumah. Ada tantangan isolasi sosial. Ada risiko memburuknya kondisi pekerjaan seiring berjalannya waktu, bahkan jika ada seorang pekerja kerah putih profesional sekali pun. Dan karena bekerja di rumah, kita cenderung tidak lagi menjadi bagian dari serikat pekerja. Cenderung tidak memiliki suara atau berdialog dengan manajemen untuk mengatasi beberapa keterbatasan dalam kondisi kerja di rumah.”
BACA JUGA: Pekerja Anak, Noda Hitam dalam Industri Kelapa Sawit Indonesia dan MalaysiaLaporan ILO mengatakan para pekerja profesional yang berketrampilan tinggi rata-rata memiliki penghasilan lebih rendah dibanding mereka yang bekerja di kantor. Misalnya di Inggris, mereka yang bekerja dari rumah akan berpendapatan 13% lebih rendah dibanding yang bekerja di kantor. Sementara di Amerika lebih rendah 22% dan di India lebih rendah 50%.
ILO mengatakan mereka yang bekerja dari rumah akan terus meningkat beberapa tahun pasca Covid-19. Ditambahkan harus ada aturan hukum yang lebih baik untuk melindungi mereka yang bekerja di rumah. ILO merekomendasikan pembentukan daftar ketenagakerjaan pekerja rumahan dan sistem untuk memonitor kondisi kerja mereka. [em/jm]