ILO: Jumlah Pekerja Anak di Seluruh Dunia Melonjak

Beberapa anak bekerja di kota Diyarbakir, Turki (foto: ilustrasi).

Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengatakan angka-angka terbaru menunjukkan ada 160 juta anak di seluruh dunia yang menjadi pekerja anak. Angka itu diungkapkan dalam Konferensi Global ILO kelima tentang Penghapusan Pekerja Anak, yang saat ini sedang berlangsung di Durban, Afrika Selatan. 

Dalam sambutan pembukaan kepada para delegasi, Kepala Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Guy Ryder mengatkaan dari 160 juta pekerja anak, separuhnya bekerja di bidang-bidang yang berisiko bagi kesehatan, keselamatan dan perkembangan moral mereka. Ryder mengatakan 89 juta anak berusia antara 5-11 tahun, dan jumlah pekerja anak di kelompok usia itu terus meningkat.

Ryder menyerukan diambilnya tindakan untuk melawan munculnya pekerja anak.

Dirjen ILO Guy Ryder

“Kami tahu apa yang akan membuat perlawanan ini berhasil. Yaitu pendidikan dan perlindungan sosial. Tetapi orang-orang yang mengetahui hal ini secara spesifik adalah yang berada di tingkat puncak. Harus ada rasa memiliki pada komunitas secara nasional. Bukan seseorang yang terbang dari Jenewa dan mengatakan kepada mitra-mitranya dari negara lain tentang hal-hal spesifik di negara mereka.”

Konferensi kelima tentang pekerjaan anak ini merupakan yang pertama diselenggarakan di Afrika. ILO memperkirakan sebagian besar pekerja anak – atau sekitar 70% – bekerja di sektor pertanian di mana anak-anak kerap bekerja bersama keluarga mereka.

Komisi Eropa mengumumkan akan menanamkan investasi bernilai 10 juta Euro, terutama untuk menarget rantai barang-barang pertanian di mana pekerja anak merupakan hal yang rentan dan ekspor barang-barang yang dihasilkan secara signifikan diekspor ke Uni Eropa.

Presiden Serikat Perdagangan di Kongres Afrika Selatan Zingiswa Losi mengatakan harus ada itikad politik di tingkat nasional untuk mengakhiri pekerja anak.

“Yang penting di tingkat pemerintahan adalah memastikan agar pengawas ketenagakerjaan memainkan perannya. Untuk memastikan bahwa kami tidak hanya mendengarnya, tetapi juga datang, melihat dan memastikan tidak adanya hukuman yang dikenakan,” kata Losi.

Pekerja anak di Afghanistan

Losi menantang para pekerja untuk menjadi whistle-blowers atau orang yang memberikan informasi atau kritik membangun.

“Tanggung jawab kami juga untuk memastikan bahwa kami memantau majikan karena kami ingin menjadi pekerja yang bekerja dalam bisnis beretika tinggi. Bisnis yang memastikan bahwa mereka tidak hanya mencari keuntungan.”

Anousheh Karvar adalah Ketua Aliansi 8.7 – suatu organisasi yang bekerja untuk memenuhi target 8.7 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB untuk menghapus pekerja anak pada tahun 2025; juga menghapus kerja paksa, perdagangan manusia dan perbudakan modern pada tahun 2030.

Karvar berada di Durban untuk menyampaikan desakan agar semakin banyak negara mengadopsi rencana aksi strategis dan pemantauan. Saat ini hanya ada 26 “pathfinder countries” di dalam ILO. “Pathfinder countries” adalah negara-negara yang berupaya keras mencapai Target 8.7 dengan menyelaraskan upaya, melakukan pendekatan baru dan berkolaborasi dengan pihak lain untuk mengakhiri pekerja anak, kerja paksa, perdagangan manusia dan perbudakan modern.

“Kami bersama-sama memproduksi perkiraan global tentang pekerja anak dan kerja paksa, dan ini adalah masalah yang sangat penting bagi setiap pemerintah dan negara yang mengambil langkah untuk menerapkannya. Kita harus tahu di mana harus memulai pekerjaan ini dan di mana mengakhirinya,” ujar Karvar.

Konferensi ILO kelima tentang Penghapusan Pekerja Anak yang berlangsung di Inkosi Albert Luthuli International Conference Center di Durban akan berakhir Jumat mendatang (20/5). [em/jm]