Imbal hasil (yield) obligasi berjangka dua tahun AS melonjak pada hari Senin (28/8), mencapai level tertinggi dalam hampir dua bulan, karena investor memperkirakan suku bunga yang lebih tinggi untuk beberapa waktu untuk menahan kenaikan inflasi. Asumsi demikian menyusul pesan Kepala Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed) pada Jumat lalu.
Kepala Fed Jerome Powell, dalam sambutannya di Simposium Kebijakan Ekonomi tahunan Jackson Hole pada Jumat (25/8) mengatakan Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk meredam inflasi yang masih terlalu tinggi. Dia berjanji akan mengambil tindakan dengan hati-hati pada pertemuan mendatang, dengan mencatat kemajuan yang dicapai dalam mengurangi tekanan harga serta risiko dari kekuatan ekonomi AS yang mengejutkan.
Imbal hasil (yield) dua tahun AS, yang mencerminkan ekspektasi suku bunga, naik hingga 5,106%.
“Sebagian besar ini berhubungan dengan penyesuaian harga terhadap kenaikan suku bunga. Setelah pidato Powell, pasar memperkirakan peluang yang lebih tinggi untuk kenaikan suku bunga lagi pada tahun 2023 dan juga memperhitungkan beberapa penurunan pada tahun 2024,” kata Gennadiy Goldberg, kepala strategi suku bunga AS di TD Securities di New York.
BACA JUGA: Biden Sebut Perekonomian AS Bangkit Berkat UU Pengurangan InflasiPasokan obligasi Departemen Keuangan AS juga merupakan faktor penting minggu ini, dengan lelang kupon senilai $127 miliar. Pengelola utang negara itu akan menjual obligasi berjangka dua tahun senilai $45 miliar dan obligasi berjangka lima tahun senilai $46 miliar pada hari Senin (28/8) serta obligasi berjangka tujuh tahun sebesar $36 miliar pada
hari Selasa (29/8). Volume obligasi berjangka dua tahun dan lima tahun dinaikkan sebesar $3 miliar. [lt/ka]