Sebuah kapal perang amfibi Inggris yang melewati Laut China Selatan pada bulan Agustus diusir oleh China, kekuatan militer terkuat di Asia yang mengklaim hampir seluruh perairan Laut China Selatan. Sekarang negara Eropa yang pernah memiliki kekuasaan kolonial yang kuat di Asia itu, ingin membangun pangkalan baru di wilayah itu, menurut laporan berita yang mengutip Menteri Pertahanan Inggris.
Sebuah pangkalan Inggris di Asia Tenggara, lokasi empat negara yang mempertanyakan klaim China atas perairan itu, akan memberi kapal-kapal akses lebih cepat ke operasi seperti yang dihadapi pada tanggal 31 Agustus itu.
Sejumlah pakar politik Asia mengatakan, kepemilikan pangkalan seperti itu akan memberdayakan Inggris untuk mengkonfrontir pengaruh China dan sebaliknya, juga ditantang oleh China, di sebuah samudra yang kaya dengan sumber daya itu.
Kapal-kapal Inggris akan bisa bergabung dengan kapal-kapal Amerika untuk mengadakan latihan-latihan kelautan berkala. Inggris sendiri kekurangan dana dan harus membina hubungan dengan bekas koloninya di Asia Tenggara, kata mereka.
Profesor di sekolah kebijakan publik dari the Nasional University of Singapore, Eduardo Araral, mengatakan, "Mereka harus bekerja sama dengan AS, jika tidak, itu tidak masuk akal. Mereka akan bergabung dengan AS dalam apa yang disebut, “kebebasan operasi pelayaran."
Menteri Pertahanan Inggris, Gavin Williamson mengatakan kepada media berita Inggris, The Telegraph pada bulan Desember, negaranya sedang mencari pangkalan baru di Asia Tenggara.
Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam menentang klaim kedaulatan maritim China, tetapi mereka tidak memiliki kekuatan memadai sejak 2010 karena Beijing menggunakan keunggulan teknologi dan ekonominya untuk mengembangkan kekuatan kelautannya. China telah mengubah gugusan pulau-pulau kecil disana dan memanfaatkannya untuk tujuan militer.
China mengklaim sekitar 90 persen laut yang membentang dari Hong Kong sampai Borneo, meliputi daerah seluas 3,5 juta kilometer persegi. China dan negara-negara lain di Asia memperebutkan laut itu karena kandungan ikan dan bahan bakar fosilnya. Pemerintah Inggris sendiri tidak mempunyai klaim atas kawasan itu.
Amerika secara teratur mengirim kapal-kapal angkatan lautnya untuk menekan China. Misi itu disebut, "kebebasan operasi pelayaran." Awal bulan ini sebuah kapal perang AS melewati perairan di lepas Kepulauan Paracel, yang dikuasai China, meskipun Vietnam juga mengklaim daerah itu.
Jepang dan Australia telah mengirim kapal mereka sendiri untuk mengendalikan China, meskipun agak jarang. (ps/jm)