Sri Lanka harus mempercepat restrukturisasi utangnya dengan pemberi pinjaman bilateral utamanya, China, dan kreditur lain. Upaya ini untuk mempertahankan pemulihan dari krisis ekonomi terburuk negara itu, kata Dana Moneter Internasional (IMF), Kamis (21/3).
Sri Lanka gagal membayar tagihan eksternal sebesar 46 miliar dolar AS pada April 2022, setelah negara itu kehabisan mata uang asing untuk pembiayaan, bahkan bagi sejumlah komoditas impor utama seperti makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Protes selama berbulan-bulan telah memaksa mantan presiden Gotabaya Rajapaksa untuk turun ketika itu, setelah dituduh melakukan korupsi dan salah kelola.
IMF mengatakan, pihaknya telah mencapai kesepakatan tingkat staf dengan Sri Lanka, untuk membuka jalan bagi pencairan dana 337 juta dolar AS. Dana ini merupakan pencairan bertahap ketiga dari program dana talangan 2,9 miliar dolar AS selama empat tahun.
IMF mengatakan, langkah selanjutnya yang “kritis” adalah finalisasi perjanjian dengan para kreditor. China memegang sekitar 10 persen dari total utang negara tersebut.
China telah setuju “secara prinsip” untuk merestrukturisasi utang Sri Lanka pada Desember lalu. Namun, baik Sri Lanka maupun China tidak memberikan detail lebih jauh dan keduanya juga belum menyelesaikan kesepakatan itu.
Presiden Ranil Wickremesinghe telah meningkatkan pajak penjualan dan pendapatan pribadi, memotong subsidi energi dan serta reformasi dan menerapkan upaya penghematan yang sejalan dengan kesepakatan penyelamatan dari IMF.
“Situasi ekonomi Sri Lanka membaik secara bertahap,” kata IMF dalam sebuah pernyataan. “Mempertahankan momentum reformasi adalah hal yang kritis.”
IMF menyebut bahwa Sri Lanka telah mencatatkan pertumbuhan dalam tingkat sedang sebesar 1,6 persen dan 4,5 persen tahun-ke-tahun di kuartal ketiga dan keempat tahun lalu, setelah mengalami kontraksi sejak kuartal pertama 2022.
Wickremesinghe mengumumkan pada Rabu malam, bahwa dia memperkirakan ekonomi akan mengalami pemulihan penuh setelah Juni.
Dia mengharap rupee akan menguat menjadi 280 terhadap dolar AS, naik dari 360 rupee pada puncak krisis lalu.
Wickremesinghe juga mengatakan pada awal bulan ini, bahwa dia mengharapkan sjeda pembayaran utang asing hingga 2028.
Pembayaran utang tahunan Sri Lanka secara resmi diperkirakan mencapai 6 miliar dolar AS.
Utang luar negeri negara ini berada pada angka 52, 65 miliar dolar AS pada akhir September 2023, menurut angka yang dikeluarkan bank sentral. [ns/uh]