Implant Defibrillator, Alat Pengendali Detak Jantung yang Tak Normal

  • Carol Pearson

Para dokter berusaha menganalisa kondisi jantung seorang pasien (foto: ilustrasi).

Sebagian orang memiliki detak jantung yang tidak normal, kadang-kadang mencapai 400 denyut per menit. Detak jantung yang cepat ini bisa mengancam nyawa. Solusinya adalah “implant defibrillator.”

John O’Leary memiliki detak jantung yang cepat dan tidak normal.

“Beberapa kali saya pusing ketika berolahraga. Pernah juga ketika saya sedang bersepeda, tiba-tiba dalam sekejap saya tidak sadarkan diri selama beberapa detik. Saya pikir mungkin hanya karena dehidrasi, udara panas,” katanya.

Tetapi ternyata bukan. Kalau detak jantung terlalu cepat, katup-katup yang ada tidak mampu memompa darah yang cukup kaya oksigen ke paru-paru dan otak, yang bisa memicu kematian mendadak. “implant defibrillator” dapat mencegah terjadinya hal-hal tersebut.

John O’Leary kini memiliki “cardioverter defibrillator” atau ICD yang dipasang di jantungnya. Baterai piranti itu dipasang tepat di bawah tulang selangka.

“Ini (ada) di sini. Kita tahu bahwa piranti ini terletak di sini karena bentuknya, dan kita bisa merasakannya, tetapi setelah luka bekas operasinya sembuh, kita tidak menyadari lagi keberadaannya kecuali baterainya habis,’’ imbuh O'Leary.

Begini cara kerjanya : sebuah kawat penginderaan yang disebut “lead” menghubungkan baterei dengan jantung. Jika “lead” atau kawat itu merasakan detak jantung tidak sesuai ritmenya, ia akan mengirim sinyal ke defibrillator bertenaga baterai yang memicu sinyal listrik, mengejutkan jantung agar kembali ke ritme normal.

Mehdi Razavi, seorang pakar jantung di Texas Heart Institute, mengatakan defribillator bisa menimbulkan rasa sakit.

“Proses ini adalah sesuatu yang normal. Kalau ada kejutan, ada rasa sakit,” papar Razavi.

“Cardioverter defibrillator” ICD yang dipasang di jantung Anne Bunting tiba-tiba hidup. Pengalamannya jauh berbeda dibanding O’Leary.

“Rasanya seperti disambar petir. Saya seolah melihat kilatan sinar terang dan suara petir yang menyambar sebuah pohon dan kemudian pohon itu tumbang! Hal itu saya rasakan lima kali berturut-turut dan saya berteriak. Itulah rasa sakit yang saya rasakan,” ujar Anne.

Razavi mengatakan jantung mungkin membutuhkan lebih dari satu kali kejutan agar kembali ke ritme normal.

“Seringkali, kejutan itu berlangsung beberapa kali. Kita bisa merasakan enam kejutan secara berturut-turut, karena detak jantung yang abnormal itu belum pulih,” tambahnya.

ICD O’Leary tiba-tiba hidup ketika ia sedang berjalan ke mobilnya.

“Saya kira saya menabrak tiang lampu, yang saya tahu mustahil. Saya tertegun sejenak dan kemudian saya melihat sinar terang yang pastinya merupakan kejutan listrik. Kemudian saya menyadari apa yang telah terjadi,” tuturnya.

John O’Leary tidak merasa sakit apapun, tetapi sebagian orang menderita kecemasan karena rasa sakit itu dan perasaan bahwa hal itu dapat terjadi lagi.

Razavi sedang mengupayakan kerjasama dengan seorang pakar listrik untuk mengembangkan sistem defibrillator berukuran kecil, yang bisa mengembalikan ritme jantung tetapi tanpa rasa sakit atau perasaan seperti kita baru saja menabrak tiang listrik. [em/ii]