Beberapa penderita diabetes dengan tumpukan plak di urat nadinya mungkin akan memiliki serpihan lebih sedikit di pembuluh darahnya setelah menambahkan minuman anggur ke pola makannya, demikian diindikasikan oleh sebuah studi baru-baru ini.
Untuk keperluan studi ini, para peneliti menguji data 224 orang penderita diabetes tipe 2 yang biasanya tidak minum alkohol, namun secara acak diminta untuk mengikuti pola diet Mediterranea dan minum kurang lebih segelas anggur merah, anggur putih atau air putih sehari-hari. Di antara subset 174 orang yang urat nadinya diuji dengan pencitraan ultrasound, 45 persen di antaranya dideteksi memiliki plak di awal studi ini.
Dua tahun kemudian, para peneliti tidak melihat peningkatan plak yang signifikan untuk peserta yang manapun dengan ultrasound, tidak peduli apakah mereka mimum anggur atau air putih.
Namun demikian, di antara orang-orang yang mengawali dengan jumlah plak paling banyak di urat nadinya, ada pengurangan sedikit namun secara statistik berarti terkait dengan timbunan plak di akhir studi, lapora para peneliti pada the European Journal of Clinical Nutrition.
“Di antara para pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan baik dan berisiko rendah dalam penyalahgunaan alkohol, memulai konsumsi alkohol dalam konteks diet yang sehat tampaknya aman dan lumayan dapat mengurangi risiko kardiometabolik,” ujar penulis studi utama Rachel Golan, seorang peneliti kesehatan publik di Ben-Gurion University of the Negev di Beer Sheva, Israel.
“Studi kami bukan sebuah himbauan bagi semua pasien dengan diabetes tipe 2 untuk mulai mengkonsumsi alkohol,” ujar Golan lewat email.
Faktor-faktor risiko kardiometabolik dapat meningkatkan peluang menderita diabetes, penyakit jantung atau stroke. Selain plak di urat nadi, faktor-faktor risiko lainnya termasuk tekanan darah tinggi, meningkatnya gula darah, kolestrol tinggi, merokok, pola diet yang buruk serta kebiasaan berolahraga.
Penelitian sebelumnya
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengaitkan konsumsi minuman anggur atau minuman alkohol lainnya dalam jumlah sedang dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah pada orang yang sehat maupun penderita diabetes.
Pada studi yang ada saat ini, semua peserta memiliki bentuk penyakit yang paling lazim, yang diketahui sebagai diabetes tipe 2, yang terkait dengan kegemukan dan pertambahan usia dan terjadi saat tubuh tidak dapat lagi memproduksi atau menggunakan hormon insulin untuk mengubah gula di dalam darah menjadi energi.
Para peserta adalah bagian dari studi yang lebih besar yang mengamati mereka yang menderita penyakit kardiovaskular dan diabetes.
Pada umumnya mereka berusia di penghujung 50-an atau awal 60-an dan kebanyakan dari mereka memiliki berat badan berlebih atau kegemukan. Kurang lebih 65 hingga 70 persen dari mereka minum obat untuk mengurangi kolestrol atau lemak darah lainnya dan sebagaian besar dari mereka juga minum obat diabetes untuk mengontrol gula darah.
Diet Mediterranea
Para pasien diminta untuk mengikuti pola diet Mediterranea, yang pada umumnya mengharuskan kita untuk mengkonsumsi banyak buah-buahan, sayuran, gandum utuh, kacang polong, dan minyak zaitun. Diet ini juga cenderung untuk mengkonsumsi sumber protein ringan seperti ayam atau ikan ketimbang daging merah, yang mengandung lebih banyak lemak jenuh.
Para peserta diberikan minuman anggur atau air mineral di sepanjang periode studi bersama dengan gelas berukuran 150 mililiter untuk mengukur dosis minuman harian mereka yang diperintahkan, yang mereka minum sehabis makan malam.
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengaitkan pola diet Mediterranea dengan penurunan berat badan dan berkurangnya risiko penyakit jantung dan kanker jenis tertentu selain juga manajemen gula darah yang lebih baik untuk penderita diabetes.
Satu keterbatasan dari studi yang ada sekarang ini adalah potensi apa yang tampaknya efek yang menguntungkan dari minuman anggur yang disebabkan sebagian paling tidak oleh diet Mediterranea.
Kelemahan lainnya adalah para peeliti hanya memiliki citra ultrasound dari tumpukan plak dari proporsi sebagian kecil pasien, dan periode dua tahun setelahnya mungkin tidak cukup lama untuk mendeteksi perbedaan yang berarti terkait dengan akumulasi plak.
Ada risikonya
Alkohol mungkin bisa bermanfaat, namun itu bukannya bebas risiko, ujar Dr. Gregory Marcus, seorang peneliti di University of California, San Francisco yang tidak terlibat dalam studi ini. Alkohol dapat meningkatkan risiko masalah ritme jantung, yang dapat menyebabkan stroke, ujar Marcus via email.
Meskipun alkohol bisa membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dalam kondisi-kondisi tertentu, namun tidak ada cukup bukti yang menunjukkan bahwa orang yang menghindari alkohol harus mulai minum alkohol, ujar Marcus.
“Saya pastinya akan merekomendasikan untuk tidak mulai minum alkohol dengan harapan untuk mendapatkan efek kesehatan yang menguntungkan di antara siapapun yang saat ini tidak minum alkohol,” uja Marcus. “Dan di antara mereka yang minum alkohol, hasil yang agak positif ini jangan pernah digunakan sebagai alasan untuk mengkonsumsi lebih banyak alkohol, khususnya minum lebih dari jumlah sedang.” [ww]