Impor Jepang Dilarang, Rusia Incar Kenaikan Ekspor Produk Laut ke China

Produk makanan laut yang diimpor dari Jepang dijual di sebuah supermarket di Hong Kong, China, 12 Juli 2023. (Foto: Tyronne Siiu/Reuters)

Rusia berharap dapat menggenjot ekspor produk lautnya ke China setelah Beijing melarang impor makanan laut Jepang. Pelarangan tersebut diberlakukan setelah Pemerintah Jepang memutuskan untuk membuang air limbah radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PKN) Fukushima yang hancur akibat tsunami, ke laut.

Rusia adalah salah satu pemasok produk kelautan terbesar ke China. Sebanyak 894 perusahaan Rusia diizinkan mengekspor makanan laut, kata Rosselkhoznadzor, pengawas keamanan pangan Rusia, pada Juli

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (25/8) malam, Rosselkhoznadzor mengatakan pihaknya berupaya meningkatkan jumlah eksportir.

“Pasar China secara umum menjanjikan untuk produk ikan Rusia. Kami berharap dapat meningkatkan jumlah perusahaan dan kapal Rusia yang bersertifikat, volume produk dan jangkauannya,” kata pernyataan Rosselkhoznadzor.

BACA JUGA: Jepang Sebut Ikan di Fukushima Tidak Terpapar Radioaktif

Untuk membantu upaya tersebut, Rosselkhoznadzor berencana untuk melanjutkan dialog dengan China mengenai masalah keamanan makanan laut dan menyelesaikan negosiasi dengan Beijing mengenai peraturan pasokan produk laut Rusia ke negara tersebut, kata pernyataan itu.

China melarang impor sejumlah makanan dari Jepang. Namun larangan total yang dikeluarkan pada Kamis itu dipicu oleh kekhawatiran tentang “risiko kontaminasi radioaktif” setelah negara tersebut mulai melepaskan air yang telah diolah.

Udang beku impor diletakkan di lemari pendingin di sebuah supermarket di Beijing, China, 19 Juni 2020. (Foto: Carlos Garcia Rawlins/Reuters)

China adalah tujuan lebih dari setengah ekspor produk perikanan Rusia Januari dan Agustus, kata pernyataan itu tanpa memberikan angka. Ekspor didominasi oleh ikan pollock, ikan haring, ikan sebelah, ikan sarden, ikan kod, dan kepiting.

Rusia mengekspor 2,3 juta metrik ton hasil laut tahun lalu senilai sekitar $6,1 miliar atau setara Rp93 miliar, sekitar setengah dari keseluruhan hasil tangkapan mereka. China, Korea Selatan, dan Jepang menjadi importir terbesar, menurut Badan Perikanan Rusia.

Jepang mengatakan kritik dari Rusia dan China tersebut tidak didukung oleh bukti ilmiah dan tingkat polusi di air akan berada di bawah batas yang dianggap aman untuk diminum berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

BACA JUGA: Jepang Janjikan Dukungan Jangka Panjang untuk Sektor Perikanan Pasca Pembuangan Limbah PLTN Fukushima

Namun, Rosselkhoznadzor mengatakan pihaknya telah memperketat pemeriksaan impor makanan laut Jepang meskipun volumenya tidak signifikan.

Regulator juga mengatakan arah arus di Timur Jauh Rusia, tempat sekitar 70 persen makanan laut Rusia ditangkap, “akan mencegah kontaminasi” produk laut yang ditangkap oleh kapal-kapal Rusia.

Mereka juga memperketat kontrol radiologi terhadap makanan laut yang ditangkap di perairan Rusia yang relatif dekat dengan Fukushima dan akan menguji sampel tertentu untuk mengetahui tingkat radiasi, Interfax melaporkan pada Kamis, mengutip kantor Rosselkhoznadzor di Pasifik. [ah/ft]