India, AS Akan Perkuat Kerja Sama Teknologi Demi Menghalau China

Presiden AS Joe Biden menerima kunjungan Perdana Menteri India Narendra Modi di Oval Office Gedung Putih, Washington DC pada 24 September 2021 (foto: dok).

Perdana Menteri India Narendra Modi akan melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya ke Washington dalam sembilan tahun terakhir pada 21 Juni mendatang. Kunjungan itu dilakukan ketika AS dan India meningkatkan kerja sama dalam teknologi kritis yang sedang berkembang. 

Perdana Menteri India Narendra Modi akan menemui Presiden AS Joe Biden di Washington untuk sejumlah pembicaraan yang diharapkan dapat melanjutkan upaya mereka untuk meningkatkan teknologi dan manufaktur di antara kedua negara.

Kesepakatan dengan General Electric untuk memproduksi mesin-mesin bagi militer India sedang disusun.

Gedung Putih mengatakan, kunjungan itu akan memperluas “kemitraan teknologi strategis, termasuk dalam bidang pertahanan, energi bersih dan antariksa,” karena kedua negara sedang mencoba menghalau pengaruh China dalam lanskap teknologi dunia.

Modi, yang memperkenalkan inisiatif “Buatan India” sembilan tahun lalu, kesulitan mengubah India menjadi kekuatan teknologi dan manufaktur.

BACA JUGA: AS, India Bahas Kerja Sama Pertahanan

Rick Rossow adalah Kepala Studi Kebijakan AS-India di Center for Strategic and International Studies. “Ada bidang-bidang manufaktur di mana India dulu sukses di skala dunia, tapi jumlahnya tidak banyak dan langka.”

Rossow mengatakan, kelemahan infrastruktur dan regulasi yang menyulitkan di tingkat negara bagian menghambat pertumbuhan yang diharapkan.

“Jika Anda berbicara kepada para pengusaha pabrik, pada akhirnya yang mereka butuhkan adalah listrik, air, regulasi yang mudah dipahami, dan segala hal yang dikendalikan oleh pemerintah negara bagian,” imbuhnya.

Ben Zhang merupakan CEO Greater Pacific Industries. “Mereka menganggap waktu tidak penting. Butuh waktu lama untuk menyelesaikan sebuah proyek.”

Perusahaan Amerika milik Ben Zhang memiliki sejumlah perjanjian manufaktur di India, tapi ia menilai negara itu masih punya banyak pekerjaan rumah untuk bisa bersaing dengan China dalam hal harga dan kecepatan.

Kembali, Zhang, “Kalau di China… ‘Oke, Anda dapat proyeknya,’ boom boom boom. Selesai.”

Namun, ketegangan politik dan penutupan wilayah akibat COVID-19 di China mempercepat perubahan di India.

Foxconn, perusahaan manufaktur yang merakit iPhone untuk Apple, akan membuka pabrik barunya di negara bagian Karnataka, India, tahun depan. Pabrik baru itu akan menyerap 50.000 tenaga kerja, menurut kantor berita Reuters.

Pembukaan dua toko Apple Stores di negara itu pun mendapat sambutan hangat.

Your browser doesn’t support HTML5

India dan AS Akan Perkuat Kerja Sama Teknologi Demi Menghalau China

Rossow mengatakan, berlimpahnya bakat dalam bidang teknik lah yang mungkin membantu India membuat lompatan ke depan.

“Anda mungkin akan melihat semakin banyak penekanan bahwa India menyediakan banyak tenaga kerja berlatar belakang teknologi dan teknik. Pengembangan, perancangan dan riset mengenai server adalah keahlian India,” tukasnya.

India sudah menyalip China dalam jumlah populasi. Tapi India masih berjuang untuk merebut dominasi dalam industri teknologi dan manufaktur. [rd/jm]