Indonesia akan Gelar KTT Ulama Internasional

  • Fathiyah Wardah

Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama antar Agama & Peradaban Din Syamsuddin (tengah) Rabu (25/4) menjelaskan soal KTT Ulama dan Tokoh Islam Internasional "Wasatiyyat Islam" untuk Peradaban Dunia yang akan diselenggarakan di Indonesia.

Indonesia akan menjadi tuan rumah Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Tokoh Islam Internasional tentang Wasatiyyat Islam untuk Peradaban Dunia. Penyelenggaraan acara itu akan dilakukan pada 1-3 Mei di Bogor, Jawa Barat, dan 4 Mei di Jakarta.

Dalam jumpa pers di Kementerian Luar negeri Jakarta, Rabu (25/4), Utusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban, Din Syamsuddin menjelaskan KTT Ulama dan Tokoh Islam Internasional tersebut menurut rencana akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan ditutup oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Din menambahkan Wasatiyyat Islam adalah ajaran konsep atau ajaran Islam yang sentral mengenai bersikap moderat, toleran, penengah, atau dengan kata lain Islam yang rahmatan lil alamin.

Menurut Din, KTT Ulama dan Tokoh Islam Internasional ini akan dihadiri sekitar 50 ulama dari luar negeri dan 50 ulama dalam negeri. Mereka di antaranya berasal dari Uni Emirat Arab, Kuwait, Lebanon, Suriah, Aljazair, Singapura, Filipina, India, Bangladesh, China, Australia, Prancis, Kanada, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Jepang, Thailand, Malaysia, Arab Saudi, Uzbekistan, Inggris, Rusia, Iran, Timor Leste, Sri Lanka, Palestina, Italia, Bosnia Herzegovina, dan Yordania.

"Yang kita undang adalah tokoh ulama terbatas kepada yang punya pengaruh, selain juga tentu punya kapasitas pengetahuan keagamaan yang luas dan juga pengaruhnya, baik dalam skala nasional di negaranya maupun di dunia," ungkap Din.

Salah satu ulama berpengaruh yang akan hadir dalam KTT Ulama dan Tokoh Islam Internasional itu adalah Imam Besar Al-Azhar dari Mesir Syekh Ahmad Muhammad ath-Thayyib. Din mengatakan Syekh Ahmad yang akan menjadi pembicara utama dalam pembukaan KTT tersebut.

KTT Ulama dan Tokoh Islam Internasional ini juga akan dihadiri oleh Mufti Agung Lebanon Dr Abdul Latif Dariyan, Mufti Damaskus Dr Abdul Fattah Bizm dan Mufti Agung Irak Syekh Mahdi as-Sumaidai.

Lebih lanjut Din mengungkapkan dalam KTT Ulama dan Tokoh Islam Internasional itu Indonesia akan mengusulkan tentang konsepsi Wasatiyyat Islam, penerapan konsep Wasatiyyat islam dalam konteks sejarah peradaban Islam, dan Wasatiyyat Islam dalam konteks peradaban dunia saat ini, dan pengalaman Indonesia.

Din menekankan Wasatiyyat Islam sejatinya sudah mendarah daging di Indonesia, sudah menjadi bagian dari keberagaman umat Islam di Indonesia. Din menambahkan ini adalah hasil dari modus masuknya Islam dan penyebaran Islam di Indonesia.

Menurut Din, KTT Ulama dan Tokoh Internasional itu akan menghasilkan beragam kesepakatan yang akan disebut sebagai Pesan Bogor.

"Pesan Bogor ini nanti diharapkan selain mengkristalkan prinsip-prinsip dasar dari Wasatiyyat Islam, juga ada sisi praktis yang kira-kira dapat dan perlu dilaksanakan oleh umat islam sedunia, baik ke dalam untuk umat Islam maupun keluar, untuk peradaban dunia,semacam tawaran solusi terhadap krisis peradaban yang terjadi terakhir ini," ujar Din.

Your browser doesn’t support HTML5

Indonesia akan Gelar KTT Ulama Internasional

Meski banyak ulama dan tokoh Islam dunia berkumpul dalam KTT tersebut, Din menyatakan tidak ada agenda khusus untuk membahas perang di Suriah, Yaman, dan rencana Amerika Serikat memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem. Din menambahkan kehadiran ulama dari Afghanistan dan Pakistan juga tidak membawa agenda mengenai gagasan perdamaian yang tengah dirajut oleh Indonesia.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan isu toleransi di Indonesia bukan hanya dalam diskusi tetapi aksi nyata. Menurutnya toleransi di Indonesia merupakan suatu hal yang dijaga dan dipertahankan bersama. Ia juga mencontohkan bagaimana ketika gereja Katedral mengadakan acara, umat Kristiani di gereja itu dapat menggunakan parkir di halaman Masjid Istiqlal, begitu juga sebaliknya.

"Kita mengobsesikan masjid itu untuk umum. Tidak ada klaim masjid a,b,c dan tidak boleh dimasuki oleh orang lain," tandas Nasaruddin. [fw/em]