Laporan Bank Dunia yang berjudul: "Global Development Horizon 2011 - Multipolarity: the New Global Economy," Rabu siang diluncurkan di Jakarta. Menurut Mansoor Dailami, ahli ekonomi Bank Dunia yang menjadi penulis utama laporan ini, negara-negara berkembang seperti Indonesia, Brasil, Tiongkok, India, Korea Selatan dan Rusia, akan tumbuh rata-rata 4,7 persen per tahun antara tahun 2011 dan 2025. Sementara itu, selama periode yang sama, negara-negara ekonomi maju diproyeksikan hanya akan tumbuh 2,3 persen.
Menurut Dailami, ada tiga faktor yang menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu kondisi demografis, stabilitas politik dan ketersediaan sumber daya alam. Lebih lanjut ia mengatakan, "Indonesia memiliki faktor demokratis yang mendukung, bila dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ini maupun secara global, yang kedua, ada kestabilan politik dalam kerangka institusi demokrasi dan yang ketiga, adanya sumber daya alam terutama yang berasal dari lingkungan."
Meskipun demikian, Dailami, juga menyoroti tiga tantangan yang dihadapi Indonesia. Pertama, dalam bidang pendidikan untuk menciptakan tenaga kerja terdidik yang dapat bersaing baik di kawasan maupun global.
"Yang pertama adalah tantangan pendidikan, agar lebih produktif, kompetitif, kekuatan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi yang mampu bersaing dengan pekerja-pekerja dari negara-negara lain dikawasan ini maupun secara global," demikian ujar Dailami.
Lebih lanjut, ia menambahkan, Indonesia juga harus mampu mengatur alokasi anggaran, dengan menurunkan subsidi dan meningkatkan anggaran untuk pendidikan dan kesehatan.
Dalam laporan ini juga disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang akan meningkatkan konsumsi dan mendorong berkembangnya jumlah kelas menengah. Menurut ekonom Bank Danamon, Anton Gunawan, keberadaan kelas menengah sangat penting karena menjadi salah satu sumber pembiayaan dan investasi dalam pembangunan. Ia mengatakan, “Banyak kelas menengah kita hanya mendukung ke arah consumption (konsumsi). Ke depannya keberadaan kelas menengah ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan, nantinya mereka akan menjadi sumber pembiayaan untuk pembangunan dan investasi secara umum baik langsung maupun melalui pasar finansial."
Masalah lain yang juga menghambat pertumbuhan ekonomi adalah masih maraknya korupsi dan lemahnya birokrasi. Menurut pengamat kebijakan publik dari Universitas Paramadina, Wijayanto, masalah korupsi juga dihadapi oleh banyak negara, namun di Indonesia semakin menjadi berat karena tidak efektifnya penegakan hukum.
Ia mengatakan, “Korupsi bagi ekonomi itu seperti pajak, seperti pajak yang menguap. Seperti kita tahu suatu negara, ketika ingin ekonominya kompetitif adalah dengan cara membuat negara itu tax friendly bagi investor. Di banyak negara kondisinya sama. Partai politik, legislatifnya juga corrupt tapi yang membuat Indonesia beda, judiciary (lembaga peradilan) juga ikut corrupt (korup)." Padahal, tambahnya, "Kalau kita ingin membangun negara yang bebas dari korupsi kita fokus ke itu saja dulu.”