Indonesia dan EFTA Tandatangani Perjanjian Dagang

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menghadiri pertemuan menteri perdagangan APEC di Hanoi, 20 Mei 2017.

Setelah delapan tahun bernegosiasi, akhirnya Indonesia dan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA), Minggu (16/12), menandatangani perjanjian ekonomi untuk meningkatkan perdagangan dan investasi.

Sesuai kesepakatan, semua hambatan tarif dan non-tarif untuk ribuan produk yang diperdagangkan antara Indonesia dan negara-negara anggota EFTA, akan dihapuskan, Reuter melaporkan. Negara-negara anggota EFTA adalah Swiss, Liechtenstein, Norwegia, dan Islandia.

Diantara produk-produk tersebut, ekspor minyak kelapa sawit Indonesia akan mendapatkan akses penuh ke pasar Islandia dan Norwegia, kecuali produk sampingan kelapa sawit untuk pakan ternak selain ikan.

Swiss juga akan memberikan kemudahan akses untuk ekspor minyak sawit Indonesia, tapi dengan kuota tertentu, kata Kedutaan Besar Swiss dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip oleh Reuters.

Menurut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, pembicaraan mengenai akses pasar untuk minyak sawit menjadi persoalan utama yang memperlambat proses negosiasi menjadi bertahun-tahun. Putaran pertama pembicaraan perdagangan dimulai awal 2011.

“Mereka menahan minyak sawit kita,” kata Enggartiasto kepada para wartawan setelah menandatangani kesepakatan.

“Saya bilang, kita sudah mencapai kemajuan sejauh ini. Anda akan mendapatkan manfaat dari hal ini dan saya juga. Jadi, bila Anda tidak membuka (akses) untuk kelapa sawit kami, ya sudah, lupakan saja,” kata Enggartiasto, sambil menambahkan bahwa dia mengancam tidak akan memasukkan salmon Norwegia dalam perjanjian.

Penasihat Federal Swiss, Johann N. Schneider-Ammann mengatakan perjanjian itu berdasarkan minyak sawit yang diproduksi secara berkelanjutan.

“Mengenai minyak sawit, percaya kepada saya, kami melakukan diskusi intensif di Swiss juga dan kami menemukan solusi dengan mitra kami di Indonesia. Solusi untuk menyeimbangkan kepentingan dan pada saat yang sama tetap menghormati mengenai minyak sawit,” katanya dalam konferensi pers.

Indonesia, sebagai negara produsen dan minyak sawit, sering meyakinkan para pembeli bahwa minyak sawit Indonesia diproduksi secara ramah lingkungan.

Produk ekspor Indonesia lainnya, seperti ikan, kopi, tekstil juga mendapat perlakuan khusus, sebagai imbalan akses yang lebih besar untuk produk-produk dari negara-negara anggota EFTA, yaitu emas, obat-obatan, dan produk susu.

Pada 2017, nilai perdagangan Indonesia-EFTA mencapai $2,4 miliar, dengan surplus dipihak Indonesia sebesar $212 juta. Investasi asing langsung oleh negara-negara EFTA di Indonesia mencapai $621 juta, menurut data Indonesia. [ft]