Ketua Umum KADIN mengatakan, penggunaan energi terbarukan harus segera direalisasikan di Indonesia, karena kecepatan pertumbuhan industri dan lainnya tidak akan bisa diimbangi oleh energi fosil saja seperti minyak bumi.
JAKARTA —
Kementerian Keuangan terus menghimbau masyarakat agar hemat energi. Selain untuk menyelamatkan anggaran negara dari beban subsidi, hemat energi juga ditujukan untuk menyelamatkan stok bahan bakar minyak atau BBM karena produksi minyak dalam negeri terus berkurang akibat sulit menemukan sumur-sumur minyak baru.
Menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, pemerintah harus membuat kebijakan yang berpihak kepada pengusaha agar pengusaha tertarik berbisnis sektor energi terbarukan.
Sementara Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Bambang Supeno berpendapat upaya mengembangkan energi terbarukan jangan hanya wacana karena Indonesia sudah sangat butuh energi alternatif sebagai pengganti energi fosil.
Kepada pers di Jakarta, Senin, Ketua Umum KADIN Indonesia, Suryo Bambang Sulisto menjelaskan, penanganan masalah energi di dalam negeri harus dilakukan seluruh pihak, baik pemerintah, pengusaha dan masyarakat.
Ia menilai himbauan yang semakin sering disampaikan pemerintah tentang hemat energi karena beban subsidi energi sekitar Rp 300 trilyun tahun ini, harus cepat direspon seluruh kalangan. Masyarakat menurutnya harus hemat menggunakan bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi serta listrik, sementara pengusaha bekerjasama dengan pemerintah mencari solusi terbaik.
Ia berpendapat jika pemerintah masih bertahan untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi, penggunaan energi alternatif harus segera direalisasikan.
Menurut Dosen Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Bambang Supeno, upaya mengembangkan energi terbarukan sebagai alternatif pengganti energi fosil di Indonesia selama ini masih sebatas wacana. Ia mengingatkan berbagai langkah harus segera dilakukan pemerintah agar masyarakat dapat memahami penggunaan energi terbarukan sudah sangat mendesak.
Ia mengatakan kita tidak boleh hanya berpangku pada energi fosil. Penggunaan energi terbarukan harus segera dihidupkan karena “kecepatan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri, pertumbuhan otomotif dan lain sebagainya tidak akan mungkin bisa diimbangi oleh energi fosil.”
Sementara, Koordinator Program Panas Bumi, WWF Indonesia, Indah Sari Wardani berpendapat realisasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia masih sangat rendah. Menurutnya butuh gerak cepat seluruh kalangan dalam mendukung penggunaan energi terbarukan agar tidak terus menerus mengandalkan energi fosil.
Indah Sari Wardani menambahkan pemerintah juga harus mendukung upaya penggunakan energi terbarukan diantaranya menghentikan alokasi anggaran untuk subsidi energi. Karena langkah pemerintah tersebut menurutnya membuat pengembangan energi terbarukan di dalam negeri tidak berkembang. Ia mengatakan kendala energi yang terbarukan cukup besar, salah satunya karena energi ini harus berkompetisi dengan energi-energi yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, batubara dan gas alam. Minyak bumi, misalnya, disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya jauh lebih murah.
Menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, pemerintah harus membuat kebijakan yang berpihak kepada pengusaha agar pengusaha tertarik berbisnis sektor energi terbarukan.
Sementara Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Bambang Supeno berpendapat upaya mengembangkan energi terbarukan jangan hanya wacana karena Indonesia sudah sangat butuh energi alternatif sebagai pengganti energi fosil.
Kepada pers di Jakarta, Senin, Ketua Umum KADIN Indonesia, Suryo Bambang Sulisto menjelaskan, penanganan masalah energi di dalam negeri harus dilakukan seluruh pihak, baik pemerintah, pengusaha dan masyarakat.
Ia menilai himbauan yang semakin sering disampaikan pemerintah tentang hemat energi karena beban subsidi energi sekitar Rp 300 trilyun tahun ini, harus cepat direspon seluruh kalangan. Masyarakat menurutnya harus hemat menggunakan bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi serta listrik, sementara pengusaha bekerjasama dengan pemerintah mencari solusi terbaik.
Ia berpendapat jika pemerintah masih bertahan untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi, penggunaan energi alternatif harus segera direalisasikan.
Menurut Dosen Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Bambang Supeno, upaya mengembangkan energi terbarukan sebagai alternatif pengganti energi fosil di Indonesia selama ini masih sebatas wacana. Ia mengingatkan berbagai langkah harus segera dilakukan pemerintah agar masyarakat dapat memahami penggunaan energi terbarukan sudah sangat mendesak.
Ia mengatakan kita tidak boleh hanya berpangku pada energi fosil. Penggunaan energi terbarukan harus segera dihidupkan karena “kecepatan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan industri, pertumbuhan otomotif dan lain sebagainya tidak akan mungkin bisa diimbangi oleh energi fosil.”
Sementara, Koordinator Program Panas Bumi, WWF Indonesia, Indah Sari Wardani berpendapat realisasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia masih sangat rendah. Menurutnya butuh gerak cepat seluruh kalangan dalam mendukung penggunaan energi terbarukan agar tidak terus menerus mengandalkan energi fosil.
Indah Sari Wardani menambahkan pemerintah juga harus mendukung upaya penggunakan energi terbarukan diantaranya menghentikan alokasi anggaran untuk subsidi energi. Karena langkah pemerintah tersebut menurutnya membuat pengembangan energi terbarukan di dalam negeri tidak berkembang. Ia mengatakan kendala energi yang terbarukan cukup besar, salah satunya karena energi ini harus berkompetisi dengan energi-energi yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, batubara dan gas alam. Minyak bumi, misalnya, disubsidi oleh pemerintah sehingga harganya jauh lebih murah.