Untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat bambu di seluruh dunia, Organisasi Bambu Sedunia (World Bamboo Organization -WBO) menetapkan 18 September sebagai Hari Bambu Sedunia.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama mitra, termasuk masyarakat, organisasi lingkungan dan pemerintah daerah, akan mengembangkan potensi hutan bambu sebagai tanaman pelindung bagi ekosistem dan konservasi sumber daya air baku di Indonesia.
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat Kementerian Lingkungan Hidup, Hermono Sigit baru-baru ini mengatakan bahwa pengembangan hutan bambu sebagai tanaman alternatif yang cukup bermanfaat bagi konservasi dan perlindungan sumber daya air baku.
Menurut Hermono Sigit, Provinsi Bali, terutama Kabupaten Gianyar, sudah memulai pengembangan hutan bambu untuk konservasi air dan merupakan inisiator kunci pengembangan hutan bamboo bagi provinsi lain. KLH tengah mendorong lebih banyak provinsi ikut terlibat di dalam program ini.
“Indonesia mendorong bambu menjadi salah satu pilihan untuk upaya konservasi air. Pemerintah daerah tertentu sudah melakukannya, seperti di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, yang memiliki lahan bambu sekitar 500 hektar. Cibinong di Jawa Barat juga sudah mengembangkan segala jenis bambu untuk berbagai fungsi,” jelas Hermono.
Disamping memiliki manfaat ekologis, pelestarian sumber air baku dan berbagai kebutuhan lain, bambu juga memilik nilai ekonomis yang tinggi. Pihak KLH menyatakan masing-masing daerah memiliki luas lahan yang cukup, namun selama ini kurang dimanfaatkan.
Djatnika, (60 tahun), salah seorang koordinator Masyarakat Pencinta Bambu Indonesia Djatnika mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan hutan bambu untuk konservasi air.
“Harus terpadu mulai dari pemerintah, para peneliti dan ilmuwan. Tepat sekali bambu dipilih untuk program konservasi, untuk perlindungan bantaran sungai, untuk tebing, untuk struktur tanah, (melindungi) sumber air, penguat tanah, peredam panas dan melindungi dari angin dan gunung api,” katanya.
Komunitas Masyarakat Pencinta Bambu memiliki anggota di seluruh provinsi di Indonesia. Djatnika mengatakan bahwa bambu semakin langka dan lahan bambu terus berkurang di provinsi Jawa Barat.
“Tidak kurang 100 truk sehari turun ke Bogor, Jakarta dan Tangerang. Yang menanam sudah tidak ada dan dari tahun ke tahun makin langka. Dulu cari bambu cukup di Bogor, sekarang harus ke Sukabumi, dari Sukabumi sekarang sudah mundur lagi ke wilayah Jampang,” kata Djatnika, yang memiliki keahlian membuat berbagai perabot bambu dan rumah bamboo khas Jawa Barat.
“Perlu perlindungan (hukum). Jangan sampai bambu seperti rotan Indonesia; dibeli bahan bakunya , dijual keluar, dibawa juga tenaga ahlinya. Perlu ada perlindungan terhadap pengrajinnya, komoditi dan tanamnnya,” tambahnya.
Juru bicara Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Tumpak Winmark Hutabarat, menyarankan pemerintah untuk melibatkan masyarakat dari proses awal dalam program ini.
“Masyarakat jangan hanya dijadikan sapi perah, ketika ada program masyarakat diperdulikan dan dilibatkan karena ada dana turun. Masyarakat harus dilibatkan melalui proses awal, jangan karena ada program langsung eksekusi, (baru) libatkan masyarakat belakangan.”
Para peneliti menyebutkan ada hampir 200 spesies bambu di Indonesia dan merupakan yang terlengkap di dunia. Di beberapa kabupaten kota di Pulau Jawa dan Sumatera, bambu tergerus pembangunan kota dan praktik perkebunan berskala besar, dengan jenis dan komoditi beragam.
Untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat bambu di seluruh dunia, Organisasi Bambu Sedunia (World Bamboo Organization -WBO) menetapkan 18 September sebagai Hari Bambu Sedunia. Penetapan ini bertujuan memperkenalkan potensi bambu ke setiap individu untuk upaya-upaya konservasi alam dan pelestarian lingkungan, termasuk manfaat bambu bagi peluang bisnis yang lebih ramah lingkungan.
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat Kementerian Lingkungan Hidup, Hermono Sigit baru-baru ini mengatakan bahwa pengembangan hutan bambu sebagai tanaman alternatif yang cukup bermanfaat bagi konservasi dan perlindungan sumber daya air baku.
Menurut Hermono Sigit, Provinsi Bali, terutama Kabupaten Gianyar, sudah memulai pengembangan hutan bambu untuk konservasi air dan merupakan inisiator kunci pengembangan hutan bamboo bagi provinsi lain. KLH tengah mendorong lebih banyak provinsi ikut terlibat di dalam program ini.
“Indonesia mendorong bambu menjadi salah satu pilihan untuk upaya konservasi air. Pemerintah daerah tertentu sudah melakukannya, seperti di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, yang memiliki lahan bambu sekitar 500 hektar. Cibinong di Jawa Barat juga sudah mengembangkan segala jenis bambu untuk berbagai fungsi,” jelas Hermono.
Disamping memiliki manfaat ekologis, pelestarian sumber air baku dan berbagai kebutuhan lain, bambu juga memilik nilai ekonomis yang tinggi. Pihak KLH menyatakan masing-masing daerah memiliki luas lahan yang cukup, namun selama ini kurang dimanfaatkan.
Djatnika, (60 tahun), salah seorang koordinator Masyarakat Pencinta Bambu Indonesia Djatnika mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan hutan bambu untuk konservasi air.
“Harus terpadu mulai dari pemerintah, para peneliti dan ilmuwan. Tepat sekali bambu dipilih untuk program konservasi, untuk perlindungan bantaran sungai, untuk tebing, untuk struktur tanah, (melindungi) sumber air, penguat tanah, peredam panas dan melindungi dari angin dan gunung api,” katanya.
“Tidak kurang 100 truk sehari turun ke Bogor, Jakarta dan Tangerang. Yang menanam sudah tidak ada dan dari tahun ke tahun makin langka. Dulu cari bambu cukup di Bogor, sekarang harus ke Sukabumi, dari Sukabumi sekarang sudah mundur lagi ke wilayah Jampang,” kata Djatnika, yang memiliki keahlian membuat berbagai perabot bambu dan rumah bamboo khas Jawa Barat.
“Perlu perlindungan (hukum). Jangan sampai bambu seperti rotan Indonesia; dibeli bahan bakunya , dijual keluar, dibawa juga tenaga ahlinya. Perlu ada perlindungan terhadap pengrajinnya, komoditi dan tanamnnya,” tambahnya.
Juru bicara Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Tumpak Winmark Hutabarat, menyarankan pemerintah untuk melibatkan masyarakat dari proses awal dalam program ini.
“Masyarakat jangan hanya dijadikan sapi perah, ketika ada program masyarakat diperdulikan dan dilibatkan karena ada dana turun. Masyarakat harus dilibatkan melalui proses awal, jangan karena ada program langsung eksekusi, (baru) libatkan masyarakat belakangan.”
Para peneliti menyebutkan ada hampir 200 spesies bambu di Indonesia dan merupakan yang terlengkap di dunia. Di beberapa kabupaten kota di Pulau Jawa dan Sumatera, bambu tergerus pembangunan kota dan praktik perkebunan berskala besar, dengan jenis dan komoditi beragam.
Untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat bambu di seluruh dunia, Organisasi Bambu Sedunia (World Bamboo Organization -WBO) menetapkan 18 September sebagai Hari Bambu Sedunia. Penetapan ini bertujuan memperkenalkan potensi bambu ke setiap individu untuk upaya-upaya konservasi alam dan pelestarian lingkungan, termasuk manfaat bambu bagi peluang bisnis yang lebih ramah lingkungan.