Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan Indonesia telah menjadi negara target serangan peretas terbesar di dunia
JAKARTA —
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengakui Indonesia telah menjadi negara target serangan peretas (hacker) terbesar di dunia yakni mencapai 1.277.578 serangan atau 42.000 serangan per hari. Kemudian disusul Amerika dan China.
Lebih lanjut Tifatul menjelaskan serangan di Indonesia, 70 persen dilakukan oleh peretas dalam negeri. Mereka, lanjutnya, banyak menyerang situs pemerintah dan juga situs yang dimiliki kampus bahkan facebook wakil ketua DPR juga diserang.
Motif serangan itu, lanjut Tifatul, kebanyakan ekonomi. Indonesia, kata Tifatul, sebenarnya telah memiliki Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang melarang perihal tersebut. Untuk itu lanjutnya pemerintah perlu melakukan sosialisasi mendalam terkait hal itu.
“Motif tetinggi dari serangan itu adalah ekonomi, mencuri data lawan bisnisnya, dan sebagainya, dan baru yang lain, ada yang iseng, kata mereka itu membuat penasaran melakukan hacking terhadap situs-situs yang lain,” kata Tifatul.
Tifatul mengungkapkan lembaganya saat ini terus memberikan kesadaran-kesadaran dan juga memberikan bimbingan terhadap para peretas yang berhasil ditemui.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menurut Tifatul juga terus mendorong sejumlah lembaga pemerintah dan swasta untuk meningkatkan tata kelola sistem keamanan informasi di instansi pemerintah diantaranya melalui penerapan indeks keamanan informasi.
Keamanan informasi tersebut lanjut Tifatul menjadi perhatian utama karena berdasarkan laporan terakhir Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure menyatakan bahwa keamanan internet nasional Indonesia dalam kondisi buruk.
“Situs pemerintah sepanjang sosialisasi kami terhadap peningkatan kesadaran serangan itu, memang banyak yang lemah sistem keamanan mereka, jadi kami tetap membangun kesadaran keamanan informasi penting, orang bisa saja mencuri, menyerang dan sebagainya,” kata Tifatul.
Sebelumnya para peretas Indonesia pernah berhasil membajak sejumlah situs milik pemerintah Australia ketika berita tentang penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia terhadap presiden Indonesia dan sejumlah pejabat mencuat.
Jonathan, peretas asal Indonesia mengatakan para peretas bisa melakukan hal positif seperti aksi balasan yang dilakukan atas tindakan Australia yang dikabarkan melakukan penyadapan terhadap Indonesia.
“Ini wujud dari aksi kepedulian terhadap Indonesia. Kalau ada serangan balik kita mungkin akan berusaha semaksimal mungkin memelihara Indonesia yang berdaulat,” kata Jonathan.
Lebih lanjut Tifatul menjelaskan serangan di Indonesia, 70 persen dilakukan oleh peretas dalam negeri. Mereka, lanjutnya, banyak menyerang situs pemerintah dan juga situs yang dimiliki kampus bahkan facebook wakil ketua DPR juga diserang.
Motif serangan itu, lanjut Tifatul, kebanyakan ekonomi. Indonesia, kata Tifatul, sebenarnya telah memiliki Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang melarang perihal tersebut. Untuk itu lanjutnya pemerintah perlu melakukan sosialisasi mendalam terkait hal itu.
“Motif tetinggi dari serangan itu adalah ekonomi, mencuri data lawan bisnisnya, dan sebagainya, dan baru yang lain, ada yang iseng, kata mereka itu membuat penasaran melakukan hacking terhadap situs-situs yang lain,” kata Tifatul.
Tifatul mengungkapkan lembaganya saat ini terus memberikan kesadaran-kesadaran dan juga memberikan bimbingan terhadap para peretas yang berhasil ditemui.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menurut Tifatul juga terus mendorong sejumlah lembaga pemerintah dan swasta untuk meningkatkan tata kelola sistem keamanan informasi di instansi pemerintah diantaranya melalui penerapan indeks keamanan informasi.
Keamanan informasi tersebut lanjut Tifatul menjadi perhatian utama karena berdasarkan laporan terakhir Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure menyatakan bahwa keamanan internet nasional Indonesia dalam kondisi buruk.
“Situs pemerintah sepanjang sosialisasi kami terhadap peningkatan kesadaran serangan itu, memang banyak yang lemah sistem keamanan mereka, jadi kami tetap membangun kesadaran keamanan informasi penting, orang bisa saja mencuri, menyerang dan sebagainya,” kata Tifatul.
Sebelumnya para peretas Indonesia pernah berhasil membajak sejumlah situs milik pemerintah Australia ketika berita tentang penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia terhadap presiden Indonesia dan sejumlah pejabat mencuat.
Jonathan, peretas asal Indonesia mengatakan para peretas bisa melakukan hal positif seperti aksi balasan yang dilakukan atas tindakan Australia yang dikabarkan melakukan penyadapan terhadap Indonesia.
“Ini wujud dari aksi kepedulian terhadap Indonesia. Kalau ada serangan balik kita mungkin akan berusaha semaksimal mungkin memelihara Indonesia yang berdaulat,” kata Jonathan.