Inggris mengakhiri pembatasan COVID-19, termasuk mandat masker, bekerja dari rumah dan paspor vaksin, demikian pengumuman Perdana Menteri Boris Johnson, Rabu (19/1).
Langkah-langkah telah diperkenalkan untuk memperlambat penyebaran varian virus omicron yang sangat menular.
"Banyak negara di seluruh Eropa telah mengalami penutupan wilayah lebih jauh pada musim dingin tetapi pemerintah ini mengambil langkah yang berbeda," kata Johnson kepada anggota parlemen, mengutip penurunan jumlah orang yang dirawat di perawatan intensif karena virus.
BACA JUGA: Peraturan Masker Diperketat di Eropa di Tengah Gelombang COVID-19"Ilmuwan kita yakin bahwa kemungkinan gelombang omicron sekarang telah mencapai puncaknya secara nasional ... karena kampanye booster besar-besaran," ujar Johnson, dan menambahkan bahwa pembatasan juga telah memperlambat penyebaran.
Beberapa ilmuwan tidak setuju dengan langkah tersebut. "Menghapus tindakan dalam menghadapi tingkat infeksi yang sangat tinggi berisiko," kata pakar virus Universitas Warwick, Lawrence Young.
"Mungkin akan lebih bijaksana untuk menunggu beberapa minggu lagi sebelum mencabut saran untuk bekerja dari rumah dan mandat masker. Tidak ada jaminan bahwa tingkat infeksi akan terus turun" kata Young.
Inggris mencatat 152.513 kematian sejak virus itu muncul dari China pada awal 2020.
Johnson saat ini menghadapi krisis politik, termasuk kecaman dari partainya sendiri, karena menjadi tuan rumah pesta selama puncak penutupan wilayah di negara itu. Sebagian mengatakan pelonggaran pembatasan adalah upaya Johnson untuk mendapat dukungan di antara kaum konservatif yang tidak setuju dengan mereka. Johnson mengatakan meskipun ada langkah tersebut semua harus tetap berhati-hati selama minggu-minggu terakhir musim dingin ini. Ia menambahkan bahwa rumah sakit masih bisa mengalami peningkatan kasus. Ia memperingatkan pandemi belum berakhir. [my/jm]