Inggris Berharap Gabung dengan Kemitraan Trans Pasifik

  • Henry Ridgwell

Dirjen WTO, Roberto Azevedo (kiri), dan Menteri Perdagangan Inggris Liam Fox sebelum pertemuan di Jeneva, Swiss (foto: dok).

Inggris mengumumkan harapannya untuk kelak bergabung dalam Trans-Pacific Partnership atau TPP, sebuah perjanjian perdagangan bebas yang saat ini sedang dinegosiasikan oleh sebelas negara yang berbatasan dengan Pasifik dan Laut Cina Selatan.

Alasannya, pemerintah Inggris berharap perdagangan dengan sejumlah negara yang berkembang pesat akan menebus kerugian yang mungkin terjadi setelah meninggalkan Uni Eropa, yang dijadwalkan tahun 2019.

Apa yang menjadi visi pemerintah Inggris setelah Brexit? Katanya, supaya Inggris terbebas dari belenggu Uni Eropa dan bisa melakukan perdagangan secara global dengan berbagai negara yang perekonomiannya tumbuh tercepat di dunia.

Dalam lawatan baru-baru ini ke China, Menteri Perdagangan Inggris mengisyaratkan negaranya suatu ketika bisa bergabung dengan kesepakatan perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik /TPP yang baru dibentuk.

Liam Fox Menteri Perdagangan Inggris mengatakan, "Kami telah mengatakan ingin menjadi negara terbuka dan berpandangan ke luar, karenanya bodoh bagi kami untuk mengesampingkan sesuatu yang belum terwujud."

London terletak sekitar 7.000 kilometer dari garis pantai Pasifik manapun. Jadi, apakah letak geografis tidak penting lagi dalam perdagangan abad ke-21?

Jonathan Portes dari Kings College London mengatakan, "Ada pendapat yang mengatakan ketika perdagangan jasa meluas dan sebagai akibat teknologi, jarak pemisah tidak terlampau penting di masa depan. Dan itu tampaknya masuk akal."

Ia menambahkan, "Tapi sayangnya sejauh ini, setidaknya data dan bukti tidak terlampau mendukung pendapat ini. Untuk alasan apa pun, saat ini letak geografi nampaknya sangat penting."

Dengan meninggalkan pasar tunggal Uni Eropa dan Bea Cukai, Inggris akan meninggalkan perjanjian perdagangan bebas yang menyumbang sekitar separuh dari perdagangan globalnya.

Portes mengatakan perlu waktu puluhan tahun untuk mencapai tingkat itu.

"Perusahaan-perusahaan kami dalam banyak hal terintegrasi erat dengan Uni Eropa, artinya akan terjadi gangguan yang substansial akibat dampak Brexit," tukasnya.

Mantan Presiden Amerika Barack Obama adalah penggerak utama TPP - tapi penggantinya, Donald Trump, menarik Amerika keluar dari kesepakatan itu, dengan mengklaim TPP akan merugikan bagi Amerika. Perundingan antara kesebelas negara lainnya yang tersisa berjalan lamban.

"TPP, sebagai akibat mundurnya Amerika kini menghadapi masalah internal sendiri, dan harus memikirkan bagaimana mengembalikannya ke jalur semula," imbuh Portes.

Australia adalah salah satu pihak dalam perundingan tersebut menyambut baik minat Inggris.

Perdana Menteri Inggris Theresa May diperkirakan akan mengunjungi Asia akhir tahun ini untuk meningkatkan hubungan menjelang Brexit. [my/ii]