Inggris, Selasa (16/3) mengumumkan rencana untuk mengalihkan fokus strategisnya ke Asia, guna melawan ancaman Rusia dan meningkatkan persediaan nuklirnya. Rencana ini adalah bagian dari salah satu perombakan keamanan, pertahanan dan kebijakan luar negeri terbesar Inggris sejak era Perang Dingin.
Kebijakan ini menyimpulkan Tinjauan Terpadu pemerintah, yang dibuat selama setahun terakhir sementara London merumuskan ulang kebijakan luar negeri pasca-Brexit, termasuk memberi label China sebagai "pesaing sistemik".
Dokumen berjudul "Inggris Global dalam Era Kompetitif" itu menyebut Rusia sebagai "ancaman langsung paling akut bagi Inggris" yang menimbulkan bahaya "dalam skala penuh".
Dokumen itu juga mengumumkan peningkatan persenjataan nuklir Inggris, mengubah drastis komitmen sebelumnya untuk mengurangi persediaan menjadi 180 hulu ledak disertai tekad untuk meningkatkannya menjadi 260 menjelang akhir dekade, "sebagai pengakuan atas meningkatnya situasi keamanan".
"Tujuan utama dari tinjauan ini yang merupakan tinjauan paling komprehensif sejak Perang Dingin ditujukan untuk memperkuat Inggris, menjadikan Inggris lebih aman dan lebih makmur sambil mempertahankan nilai-nilainya," kata Perdana Menteri Boris Johnson kepada parlemen.
"Ini menjelaskan bagaimana kita akan memperkuat aliansi, kemampuan dan menemukan cara baru untuk mendapat solusi dan mempelajari kembali seni bersaing melawan negara-negara dengan nilai-nilai yang bertentangan."
Dalam kata pengantar tinjauan tersebut, Johnson mengatakan Inggris, yang secara resmi meninggalkan Uni Eropa tahun lalu, akan "menikmati hubungan yang konstruktif dan produktif" dengan negara-negara lain anggota blok itu.
BACA JUGA: Inggris akan Gabung dengan Blok Perdagangan Trans-PasifikNamun ia menambahkan perpisahan Inggris dari Uni Eropa (Brexit) yang disepakati dengan Brussel memberi Inggris kebebasan untuk melakukan sesuatu secara berbeda dan lebih baik, baik secara ekonomi maupun politik.
Tinjauan tersebut dipaparkan ketika Inggris berusaha untuk menegaskan kembali "hubungan khusus" dengan Amerika di bawah Presiden baru Joe Biden, meskipun Johnson sangat dekat dengan Donald Trump.
Johnson mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Washington tetap menjadi "sekutu terbaik" London dan Inggris "berkomitmen penuh" dengan NATO. [my/lt]