Inggris, Perancis, Jerman, AS Kecam Peracunan Mantan Mata-mata Rusia

Para petugas pemadam kebakaran berdiri di sekitar kendaraan bantuan pemulihan "Ashley Wood Recovery" yang dijaga ketat oleh pihak berwenang di Salisbury, Inggris, 13 Maret 2018.

Para pemimpin Inggris, Perancis, Jerman dan Amerika Serikat bersama-sama mengecam peracunan seorang mantan mata-mata Rusia di Inggris, yang dikatakan dilakukan Moskow, dengan menyebutnya sebagai “serangan pertama yang menggunakan gas saraf di Eropa sejak Perang Dunia II.”

Suatu pernyataan bersama yang dilansir hari Rabu (13/3) oleh Perdana Menteri Theresa May, Presiden Emmanuel Macron, Kanselir Angela Merkel dan Presiden Donald Trump menyebutkan tidak ada penjelasan alternatif yang masuk akal mengenai keterlibatan Rusia dalam serangan tersebut. “Kami meminta Rusia untuk menjawab semua pertanyaan terkait serangan tersebut,” kata para pemimpin itu. Belakangan di Gedung Putih, Presiden Trump mengatakan “tampaknya sudah pasti Rusia” yang bertanggungjawab.

Rusia sendiri telah membantah terlibat.

Baca juga: Inggris akan Jelaskan ke DK PBB tentang Investigasi Kasus Peracunan Mata-Mata

Mantan mata-mata Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri di sebuah bangku taman di kota Salisbury, Inggris, dan dilarikan ke rumah sakit, di mana mereka masih dalam kondisi serius. Beberapa orang lainnya, termasuk seorang polisi, juga jatuh sakit.

PM Inggris Theresa May memberikan pidato di hadapan parlemen Inggris, Rabu (14/3).

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan serangkaian tindakan balasan terhadap Rusia terkait peracunan itu, termasuk pengusiran 23 diplomat Rusia. Ini akan merupakan pengusiran diplomat Rusia dalam jumlah terbanyak sejak 1971, pada puncak Perang Dingin.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Moskow akan mengusir diplomat-diplomat Inggris “segera” sebagai balasan. Dalam pernyataan hari Kamis di Moskow, Lavrov menyebut tindakan May itu “tidak sopan” dan dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari perundingan sulit yang dihadapi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.

Baca juga: Inggris Usir 23 Diplomat Rusia Terkait Kasus Peracunan

Di Brussels, Sekjen NATO Jens Stoltenberg menyerukan tanggapan sebanding dari Inggris terhadap serangan gas saraf itu, seraya menyatakan insiden peracunan itu pasti ada konsekuensinya.

Gedung Putih, Rabu (13/3) mengeluarkan pernyataan bahwa Amerika Serikat solider dengan sekutu terdekatnya, Inggris, dan sependapat bahwa Rusia bertanggung jawab atas serangan gas saraf yang sembrono terhadap seorang warganegara Inggris dan putrinya. Amerika juga mendukung keputusan Inggris untuk mengusir diplomat-diplomat Rusia sebagai tanggapan yang adil. [uh/ab]