Inggris Tak Puas dengan ‘Status Quo’ Uni Eropa

Perdana Menteri Inggris David Cameron (foto: dok).

PM Inggris David Cameron mengatakan hari Kamis (26/11) negaranya ‘tidak senang’ dengan status quo Uni Eropa.

Perdana menteri Inggris David Cameron mengatakan hari Kamis (26/11) negaranya ‘tidak senang’ dengan status quo Uni Eropa, hubungan antara negara-negara pengguna matauang Euro dengan negaranya Inggris yang menggunakan matauang nasional.

Dalam pernyataan selesai pembicaraan dengan Kanselir Austria Werner Faymann, Cameron juga mengatakan kelompok 28 negara itu perlu meningkatkan daya saing di bidang ekonomi dan memberi kedaulatan lebih besar kepada negara-negara anggota.

Inggris berencana mengadakan referendum dalam dua tahun ke depan tentang keanggotaannya dalam Uni Eropa dan sedang mendesak dilakukan reformasi dalam tubuh kelompok itu dalam bentuk mengurangi kekuasaan lembaga-lembaga di markas besar Uni Eropa di Brussels.

Austria adalah pendukung kuat suatu Uni Eropa dengan wewenang sentral yang kuat. Dan seperti anggota lain, memandang keanggotaan Inggris penting dan siap berkompromi dalam beberapa isu asalkan Inggris tetap menjadi anggota.

Kedua negara mempunyai persamaan pandangan dalam banyak isu lain. Menyusul serangan teroris di Paris sepekan lalu Cameron menghimbau agar pengamanan di perbatasan Uni Eropa diperkuat guna melindungi kedaulatan bersama, antara lain dengan pemeriksaan yang lebih efektif dan tukar-menukar data yang lebih besar antara negara anggota.

Sementara Austria bergelut menangani arus pengungsi, Inggris memberlakukan pembatasan keras terhadap calon pencari suaka. Cameron mengatakan, Inggris dan Austria sepakat perlunya kebijakan yang lebih lengkap dalam menangani masalah pengungsi ini langsung pada sumbernya dan mencegah calon migran menempuh perjalanan yang berbahaya untuk mencapai Eropa. Itu, katanya, berarti beban yang lebih besar bagi Turki yang kini menampung lebih banyak pengungsi Suriah daripada negara manapun. [al]