Para investor asing berjalan di karpet merah di istana negara, Senin (13/11), dengan semangat untuk mendengarkan strategi-strategi yang akan ditempuh Venezuela untuk menata ulang utang miliaran dolar.
Namun beberapa menit kemudian, mereka meninggalkan pertemuan setelah mengetahui Venezuela tidak punya rencana konkret untuk menangani krisis finansial yang dihadapinya.
Wakil Presiden Tareck El Aissami, yang memimpin pembicaraan, lebih banyak menggunakan waktu pertemuan untuk mencerca Presiden Amerika Donald Trump dan institusi keuangan asing pemberi pinjaman, yang memimpin apa yang pemerintah sebut sebagai "perang ekonomi" melawan negara kaya minyak ini.
Namun dia juga mencoba meyakinkan para kreditur bahwa akan terus membayar utang-utang, mengulang pernyataan yang sama dari Presiden Nicolas Maduro bahwa Venezuela sudah melakukan pembayaran utang sebesar 70 miliar dolar sejak 2013.
"Negara sudah menghormati komitmen-komitmen nasional dan internasional, terutama mengenai utang luar negeri," kata El Aissami dalam pernyataan yang disiarkan televisi. "Walaupun dengan pengorbanan besar, kami telah membayar setiap sen dari utang kami."
Para investors yang menyempatkan datang, tidak berharap banyak dengan pertemuan yang sejak awal sudah membingungkan.
Maduro mengundang investor ke Caracas kurang lebih minggu lalu, pada saat mengumumkan tujuan dia untuk menegosiasikan ulang utang luar negeri yang menurut Madura sudah tidak mungkin dibayar kecuali karena penerapan "blokade" finansial pimpinan Amerika, terhadap negara itu.
Venezuela menghabiskan banyak dana untuk program-program sosial pada masa pemerintahan Presiden Hugo Chavez, ketika harga minyak melonjak. Di sisi lain, utang-utang terus meroket melebihi 120 miliar dolar, yang setengahnya adalah obligasi atau surat utang dalam denominasi dolar.
Penurunan harga minyak telah memporak-porandakan negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia, hingga mengakibatkan kekurangan barang meluas ditengah inflasi yang melaju ke angka tiga digit.
Ketegangan hubungan antara Venezuela dan Amerika semakin mempersulit keadaan.
Pemerintahan Trump telah menjatuhi sangksi terhadap sejumlah pejabat Venezuela dan jumlah pejabat yang terkena sanksi makin banyak, termasuk dua perunding utang utama pemerintah.
Washington juga sudah melarang perusahan-perusahaan Amerika untuk meminjamkan uang kepada Venezuela karena pelanggaran hak-hak asasi manusia yang dilakukan selama protes anti pemerintah yang berlangsung berbulan-bulan dan upaya Maduro untuk menekan oposisi.
Russ Dalen, managing partner di Caracas Capital Market, mengatakan beberapa investor Amerika yang diwakilinya mengatakan mereka tidak akan menghadiri. Satu investor mengatakan dia tidak mendapat visa karena pemberitahuan mendadak mengenai pertemuan ini dan investor lainnya berencana untuk mengirimkan seorang anak magang karena kurangnya informasi.
"Anda pikir mereka akan membeberkan dan menyilakan anda untuk mempelajarinya, bila memang ada semacam proposal," kata Dallen. "Tapi tidak ada apa-apa. Tidak ada respon."
Di Brussel, Senin, Uni Eropa melarang penjualan senjata ke Venezuela dan menerapkan sebuah sistem untuk membekukan aset-aset dan memberlakukan pembatasan perjalan terhadap pejabat Venezuela, karena ingin makin menekan Maduro. Pelarangan itu akan menghentikan penjualan peralatan militer yag bisa digunakan untuk menindas atau mengawasi warga Venezuela. [fw/au]