Iran Bangun dan Operasikan Serangkaian Sentrifugal Nuklir Canggih

  • Associated Press

Seorang teknisi sedang bekerja di fasilitas pengayaan uranium milik Iran, Natanz, dalam tangkapan layar video yang dirilis oleh kantor Kepresidenan Iran, 10 April 2021. (Foto: Iranian Presidency/AFP)

Iran telah memulai operasi serangkaian sentrifugal canggih baru dan berencana membangun sentrifugal-sentrifugal lain dalam beberapa pekan mendatang setelah menghadapi kritik atas program nuklirnya, kata badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA).

Amerika Serikat (AS) menyebut tindakan tersebut sebagai “eskalasi nuklir.”

Pengoperasian mesin-mesin sentrifugal baru akan semakin memajukan program nuklir Iran, yang telah memperkaya uranium pada tingkat yang hampir setara dengan senjata dan memiliki persediaan yang cukup untuk beberapa bom nuklir jika Iran memilih untuk melakukan hal tersebut.

Pernyataan IAEA itu tidak menyiratkan bahwa Iran berencana meningkatkan pengayaan uranium pada tingkat yang lebih tinggi di tengah meningkatnya ketegangan antara Teheran dan Barat sewaktu perang Israel-Hamas berkecamuk di Jalur Gaza.

IAEA mengatakan para inspekturnya pada Senin (10/6) memverifikasi bahwa Iran telah mulai memasukkan uranium ke dalam tiga rangkaian sentrifugal canggih IR-4 dan IR-6 di fasilitas pengayaan Natanz. Rangkaian sentrifugal itu dapat memproses gas uranium secara bersamaan untuk memperkayanya secara lebih cepat.

BACA JUGA: Iran Ancam akan Beri Tanggapan Jika IAEA Setujui Resolusi Kecaman 3 Negara Eropa

Sejauh ini, Iran telah memperkaya uranium di rangkaian sentrifugal itu hingga kemurnian dua persen. Dengan sentrifugal-sentrifugal lain, Iran sendiri sejauh ini telah memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian 60 persen. Banyak pakar berpendapat, Iran hanya perlu satu langkah teknis singkat untuk mengubahnya ke tingkat senjata nuklir (atau tingkat kemurnian 90 persen).

Iran juga berencana memasang 18 rangkaian sentrifugal IR-2m di Natanz dan delapan rangkaian sentrifugal IR-6 di lokasi nuklirnya di Fordo. Masing-masing kelas sentrifugal ini mampu memperkaya uranium lebih cepat dibandingkan sentrifugal IR-1 yang digunakan Iran, yang masih menjadi andalan program atom negara tersebut.

Teheran tidak segera mengakui telah mengambil keputusan tersebut. Namun, hal ini terjadi setelah Iran mengancam akan mengambil tindakan menyusul pemungutan suara awal bulan ini di Dewan Gubernur IAEA yang mengecam Iran karena tidak bekerja sama sepenuhnya dengan badan tersebut.

Fasilitas pengayaan uranium Natanz di selatan ibu kota Iran, Teheran, 20 Mei 2005. (Foto: Vahid Salemi/AP Photo)

Keputusan tersebut langsung menuai kritik dari juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.

“Iran bertujuan untuk terus memperluas program nuklirnya dengan cara yang tidak memiliki tujuan damai yang dapat dipercaya,” kata Miller dalam sebuah pernyataan.

“Tindakan yang direncanakan ini semakin melemahkan klaim Iran yang menyatakan sebaliknya. Jika Iran menerapkan rencana ini, kami akan meresponsnya.”

Miller tidak memerinci langkah apa yang mungkin diambil AS dan sekutu-sekutunya. Namun, Iran sudah menghadapi sanksi-sanksi ekonomi berat dari Washington dan negara-negara lain yang telah berdampak buruk terhadap perekonomian negara tersebut dan membuat nilai tukar mata uang rial-nya anjlok dalam beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA: Presiden Raisi dalam Kenangan: Figur Religius yang Tegas dalam Aksi Protes dan Negosiasi Nuklir

Sejak runtuhnya perjanjian nuklir Iran pada 2015 dengan negara-negara besar menyusul keputusan AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian tersebut pada 2018, Iran telah mengupayakan pengayaan nuklir di bawah tingkat senjata. Badan-badan intelijen AS dan pihak-pihak lain menilai Iran belum memulai program senjata nuklir.

Iran, sebagai salah satu pihak yang menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir, telah berjanji untuk mengizinkan IAEA mengunjungi situs-situs nuklirnya untuk memastikan programnya berjalan damai. Teheran juga menyetujui pengawasan tambahan dari IAEA sebagai bagian dari perjanjian nuklir pada 2015. Namun, selama bertahun-tahun pemerintah Iran telah membatasi akses para pemeriksa ke lokasi-lokasi tersebut dan juga tidak sepenuhnya menjawab pertanyaan tentang lokasi-lokasi lain di mana bahan nuklir pernah ditemukan di masa lalu. [ab/lt]