Iran, pada Minggu (28/1), mengatakan mereka berhasil meluncurkan tiga satelit ke luar angkasa. Itu merupakan upaya terbaru dari sebuah program yang menurut Barat akan meningkatkan kemampuan rudal balistik Teheran.
Kantor berita milik pemerintah Iran, IRNA, mengatakan bahwa peluncuran tersebut juga menunjukkan keberhasilan penggunaan roket Simorgh milik Iran, yang dalam uji coba sebelumnya mengalami sejumlah kegagalan.
Peluncuran tersebut dilakukan ketika terjadi peningkatan ketegangan di Timur Tengah akibat perang Israel yang terus berlanjut terhadap Hamas di Jalur Gaza.
Meskipun Iran tidak melakukan intervensi militer dalam konflik tersebut, pemerintahnya menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengambil tindakan setelah bom bunuh diri ISIS yang mematikan awal bulan ini, serta ketika kelompok proksinya seperti pemberontak Houthi di Yaman melancarkan serangan terkait perang itu.
Video rekaman yang dirilis oleh televisi pemerintah Iran menunjukkan peluncuran roket Simorgh pada malam hari.
Analisis dari Associated Press terhadap rekaman tersebut menunjukkan bahwa peluncuran dilakukan di Bandar Antariksa Imam Khomeini yang terletak di provinsi Semnan, Iran, yang terpencil.
Televisi pemerintah menyebut satelit yang diluncurkan bernama Mahda, Kayhan-2 dan Hatef-1.
BACA JUGA: Makin Panas, Rudal Houthi Hantam Tanker BBM yang Transit di Laut MerahMereka menggambarkan Mahda sebagai satelit penelitian, sedangkan Kayhan dan Hatef adalah satelit nano yang masing-masing berfokus pada sistem navigasi satelit dan komunikasi.
Sebelumnya terdapat lima peluncuran yang gagal berturut-turut untuk program Simorgh, roket pembawa satelit lainnya.
Kegagalan roket Simorgh, yang berarti burung phoenix, telah menjadi bagian dari serangkaian kemunduran dalam beberapa tahun terakhir bagi program luar angkasa sipil Iran, termasuk kebakaran fatal dan ledakan roket di landasan peluncuran yang menarik perhatian mantan Presiden AS Donald Trump.
Amerika Serikat sebelumnya mengatakan, peluncuran satelit Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan meminta Teheran untuk tidak melakukan aktivitas yang melibatkan rudal balistik yang mampu menghasilkan senjata nuklir.
Sanksi PBB terkait program rudal balistik Iran telah berakhir pada Oktober lalu.
Pengukuran tingkat ancaman global yang dilakukan komunitas intelijen AS pada 2023 mengatakan bahwa pengembangan perangkat peluncuran satelit “memperpendek waktu” yang dibutuhkan Iran untuk mengembangkan rudal balistik antarbenua karena senjata tersebut menggunakan teknologi serupa.
Pihak militer AS dan Departemen Luar Negeri tidak segera merespons permintaan tanggapan.
Namun, militer AS diam-diam mengakui keberhasilan peluncuran satelit Iran pada 20 Januari, yang dilakukan oleh pasukan paramiliter Garda Revolusi negara tersebut. [ns/rd]