Iran mendesak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya untuk berjanji mengizinkan Teheran mengekspor minyak mentahnya sementara negosiasi untuk memulihkan kesepakatan nuklir yang compang-camping dengan negara itu akan dilanjutkan di Wina.
Pernyataan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian, Senin (27/12), menandakan bahwa Iran berusaha mempertegas posisinya menjelang negosiasi yang bertujuan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir penting tahun 2015 itu. Pembicaraan itu ditunda awal bulan ini setelah putaran yang ditandai oleh ketegangan menyusul munculnya tuntutan-tuntutan baru dari Teheran.
Berbicara kepada wartawan di Teheran, Amirabdollahian mengatakan Iran ingin putaran pembicaraan mendatang terfokus pada pencapaian kesepakatan di mana minyak Iran bisa dijual dengan mudah dan tanpa hambatan, dan hasil penjualannya tiba di rekening bank Iran.
Kesepakatan penting Teheran dengan kekuatan dunia memberi keringanan sanksi kepada negara itu sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya. Tetapi pada tahun 2018, presiden AS yang menjabat saat itu -- Donald Trump – menarik mundur Amerika dari kesepakatan itu dan memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Iran, termasuk sektor minyaknya, yang merupakan penyangga utama ekonomi negara itu.
Ekspor minyak mentah Iran anjlok dan perusahaan-perusahaan minyak internasional membatalkan kesepakatan mereka dengan Teheran sehingga melemahkan ekonominya.
Sementara pihak-pihak yang terlibat dalam kesepakatan nuklir 2015 bersiap untuk berkumpul di Wina, Amirabdollahian mengatakan Iran ingin “dapat menikmati konsesi ekonomi penuh di bawah kesepakatan nuklir itu''. ''Jaminan dan verifikasi (penghapusan sanksi) adalah salah satu topik yang kami fokuskan,'' katanya.
Pemerintahan baru Presiden Iran Ebrahim Raisi yang konservatif telah berulang kali menuntut pencabutan semua sanksi ekonomi sebelum Iran membatasi pengembangan nuklirnya.
BACA JUGA: Iran Ekspor Minyak Mentah Melewati Selat HormuzIran terus-menerus mengabaikan semua batasan yang tercantum pada perjanjian itu sejak AS menarik diri. Teheran bahkan sekarang memperkaya uraniumnya hingga kemurnian 60% atau semakin mendekati kemampuan memiliki senjata nuklir.
Iran bersikeras bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai. Namun langkah-langkah nuklir Iran yang signifikan itu telah mengkhawatirkan saingan-saingan regionalnya dan negara-negara besar dunia.
Para diplomat telah memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk memulihkan kesepakatan itu karena Iran mempertahankan sikap kerasnya agar AS untuk mencabut semua sanksi.
Pembicaraan di Wina akan melibatkan semua pihak dalam kesepakatan nuklir aslinya, yakni Iran, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan China. Iran sendiri menolak untuk berbicara langsung dengan utusan Amerika. [ab/ka]