Iran Lakukan Kampanye untuk Bergabung dengan WTO

Berbagai kontainer kosong milik perusahaan perkapalan Iran berada di pelabuhan Marsaxlokk di Malta (foto: dok). Sanksi-sanksi internasional yang diberlakukan akibat program nuklirnya yang kontroversial, telah memukul perekonomian Iran.

Teheran berambisi mengintegrasikan Iran lebih jauh ke dalam ekonomi global, setelah dicapainya kesepakatan nuklir Juli lalu, dengan imbalan pelonggaran sanksi-sanksi internasional terhadap negara itu.

Iran bersiap untuk melakukan negosiasi guna bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Menteri Perindustrian Mohammad Reza Nematzadeh mengatakan hari Kamis (17/12).

Teheran berusaha memanfaatkan momentum kesepakatan nuklir dengan negara-negara kuat dunia, sementara pemerintah Iran mengembalikan hubungan ekonomi internasionalnya, setelah bertahun-tahun dikenai berbagai sanksi.

"Saya di sini membawa sebuah pesan penting," kata Nematzadeh dalam pertemuan tingkat menteri WTO di Nairobi, Kenya.

"Setelah perundingan intensif selama bertahun-tahun yang pada akhirnya menghilangkan semua kesalahpahaman mengenai kegiatan nuklir Iran, kami sedang mengambil langkah selanjutnya guna mengintegrasikan (Iran) lebih jauh ke dalam ekonomi global."

Teheran menandatangai kesepakatan nuklir dengan negara-negara kuat dunia pada bulan Juli lalu. Iran setuju untuk memangkas bagian-bagian program nuklirnya yang sensitif dengan imbalan pelonggaran sanksi internasional.

Terobosan ini, yang dicapai setelah kebuntuan lebih dari satu dekade, segera menarik perhatian perusahaan-perusahaan asing yang berminat melakukan kesepakatan bisnis di Iran.

Niat Iran untuk bergabung dengan WTO akan melibatkan negosiasi yang panjang dan sulit, tapi Nematzadeh mengatakan bahwa Iran sudah membuka perdagangan dan investasi serta mengejar integrasi bilateral dan regional dengan mitra-mitra dagangnya.

Meskipun Iran memiliki beberapa cadangan minyak dan gas terbesar di dunia, pertumbuhan ekonominya telah diperlambat oleh sanksi-sanksi internasional, disamping harga komoditas energi yang rendah dan suku bunga (perbankan) yang tinggi.

Iran pertama kali mendaftarkan diri dalam keanggotaan WTO pada bulan Juli 1996, namun tidak ada kemajuan yang dicapai. WTO baru mulai mempertimbangkan keanggotaan Iran pada tahun 2005 dan Iran menyerahkan dokumen yang merinci berbagai hukum dan peraturan yang relevan pada tahun 2009.

Nematzadeh mengatakan bahwa untuk pertama kalinya Iran kini siap melakukan pembicaraan dengan WTO tentang bagaimana menurunkan tarif dan memangkas hambatan-hambatan lainnya bagi perdagangan barang dan jasa.

Selain Iran, ada beberapa ekonomi besar dunia lainnya yang belum bergabung dengan WTO, termasuk Ethiopia, Belarus, Aljazair, Uzbekistan, dan Irak. [pp/dw]