Iran, Kamis (28/11), mengecam pembakaran konsulatnya di Irak Selatan beberapa jam sebelumnya, yang terjadi di tengah-tengah meningkatnya protes anti-pemerintah di Irak yang pecah hampir dua bulan lalu.
Kekerasan di bagian selatan Irak berlanjut hingga Rabu larut malam. Pasukan keamanan dilaporkan menewaskan 14 demonstran dan melukai 75 lainnya, Rabu (27/11). Para demonstran memblokir jalan-jalan sementara sejumlah besar pasukan polisi dan tentara dikerahkan di provinsi-provinsi yang kaya minyak.
Teheran menyerukan agar pemerintah Irak menyikapi insiden itu dengan kepemimpinan yang bertanggung jawab, kuat dan efektif, kata juru bicara kementerian luar negeri Iran Abbas Mousavi, sebagaimana dinyatakannya ke kantor berita pemerintah Iran, IRNA.
Sejumlah demonstran membakar konsulat Iran yang terletak di kota suci Najaf, Rabu malam. Staf konsulat yang berada di sana berhasil menyelamatkan diri melalui pintu belakang. Seorang demonstran tewas dan 35 lainnya terluka ketika polisi melepaskan tembakan untuk mencegah mereka memasuki gedung itu. Seorang polisi yang tidak bersedia menyebutkan namanya mengatakan, setelah berada di dalam gedung, beberapa demonstran mengganti bendera Iran yang terpajang di sana dengan bendera Irak.
Protes-protes anti-pemerintah melanda Irak sejak 1 Oktober. Ribuan orang turun ke jalan-jalan di Baghdad, dan wilayah selatan Irak yang mayoritas penduduknya Syiah. Demonstrasi yang umumnya tanpa pemimpin ini memprotes pemerintah yang dinilai sangat korup dan menentang pengaruh Iran yang kian menguat dalam urusan dalam negeri Irak. [ab/uh]