Iran telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan rudal ke dekat kompleks konsulat AS di kota Irbil, Irak pada hari Minggu (13/3). Serangan itu diklaim sebagai pembalasan atas serangan Israel di Suriah yang menewaskan dua anggota Garda Revolusioner Iran.
Tidak ada korban luka yang dilaporkan dalam serangan yang menandai eskalasi signifikan antara AS dan Iran tersebut. Permusuhan kedua negara telah seringkali terjadi di Irak, yang pemerintahannya bersekutu dengan kedua negara tersebut.
Garda Revolusioner Iran mengatakan di situsnya bahwa mereka meluncurkan serangan terhadap “pusat konspirasi strategis” Israel di Irbil. Mereka tidak merinci lebih lanjut, namun dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Israel sendiri telah melakukan serangan – mengutip serangan baru-baru ini yang menewaskan dua anggota garda.
Sebelumnya, seorang pejabat pertahanan AS dan pejabat keamanan Irak mengatakan serangan itu diluncurkan dari Iran, negara tetangga Irak.
BACA JUGA: Rudal Target Konsulat AS di Irak Utara, Tidak Ada KorbanSeorang pejabat Irak di Baghdad mulanya mengatakan bahwa beberapa rudal telah menghantam konsulat AS di Irbil, yang ia sebut sebagai target serangan. Kemudian, Lawk Ghafari, kepala kantor media asing Kurdistan, mengatakan bahwa tidak ada rudal yang mengenai fasilitas AS, melainkan mengenai daerah di sekitar kompleks tersebut. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan kementerian dalam negeri wilayah Kurdistan Irak mengatakan, rudal diluncurkan dari luar Irak di sisi timur, tanpa menyebut nama Iran.
Pejabat pertahanan AS belum tahu pasti berapa banyak rudal yang ditembakkan dan di mana tepatnya rudal-rudal itu mendarat. Pejabat AS lainnya mengatakan bahwa tidak ada kerusakan pada fasilitas milik AS dan tidak ada indikasi bahwa sasarannya adalah gedung konsulat, yang baru selesai dibangun dan saat ini masih kosong.
Baik pejabat Irak maupun pejabat AS yang berbicara kepada Associated Press tidak berwenang membahas masalah itu kepada media, dan bersedia berbicara dalam kondisi anonim.
Serangan rudal itu bertepatan dengan ketegangan kawasan. Negosiasi di Wina tentang kesepakatan nuklir Iran yang berantakan harus dihentikan sementara akibat tuntutan Rusia terkait sanksi-sanksi terhadap Moskow karena invasinya ke Ukraina.
Sementara itu, Iran menunda perundingan rahasia yang dimediasi Baghdad untuk menurunkan ketegangan dengan rivalnya di kawasan, Arab Saudi, yang telah berlangsung bertahun-tahun, setelah Saudi melakukan eksekusi massal terbesar dalam sejarah modernnya terhadap lebih dari tiga lusin warga Syiah.
Seorang pejabat AS lainnya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS mengutuk apa yang disebutnya “serangan keterlaluan terhadap kedaulatan Irak dan pertunjukan aksi kekerasan.”
Pasukan AS yang ditempatkan di kompleks bandara Irbil telah diserang dengan berbagai roket dan pesawat tak berawak sebelumnya, yang disebut pejabat AS dilakukan oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran.
Komandan tertinggi AS untuk Timur Tengah telah berulang kali memperingatkan tentang meningkatnya ancaman serangan dari Iran dan milisi yang didukung Iran terhadap pasukan dan sekutu di Irak dan Suriah.
Dalam wawancara dengan Associated Press Desember lalu, Jenderal Marinir Frank McKenzie mengatakan, meskipun pasukan AS di Irak telah beralih ke peran non-tempur, Iran dan proksinya masih ingin semua tentara Amerika meninggalkan negara tersebut. Akibatnya, kata McKenzie, telah muncul lebih banyak serangan. [rd/em]