Pejabat Iran hari Minggu (15/3) mengakui bahwa pandemi virus corona dapat membuat fasilitas-fasilitas kesehatannya kewalahan mengatasi wabah terburuk di Timur Tengah, di tengah sanksi-sanksi keras Amerika.
Kementerian Kesehatan Iran melaporkan 113 kematian lagi, menambah jumlah korban meninggal akibat virus corona itu menjadi 724 orang. Hampir 14.000 orang lainnya terjangkit virus mematikan itu. Jumlah kematian baru ini merupakan lonjakan terbesar dalam satu hari sejak virus itu pertama kali dilaporkan ada di negara itu.
Sementara itu pihak berwenang Muslim mengumumkan bahwa Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur, situs tersuci ketiga dalam agama Islam, akan ditutup tanpa batas waktu karena kekhawatiran akan perebakan virus itu. Sholat tetap diadakan di luar masjid tersebut.
Langkah serupa juga telah diambil di dekat Tembok Ratapan, tempat paling suci bagi warga Yahudi di mana mereka biasanya berdoa. Doa di alam terbuka masih terus berlanjut, tetapi hanya 10 orangdiijinkan berada di kawasan tertutup, sesuai langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Israel.
BACA JUGA: Iran Tuduh AS Lakukan Kampanye “Terorisme Ekonomi”Wabah virus corona di Iran telah meningkatkan kekhawatiran, terutama terkait transparansi pemerintah dalam melaporkan tingkat epidemi itu dan kemampuan mengatasinya.
‘’Jika trend ini berlanjut, kapasitas kami tidak akan cukup,’’ ujar Ali Reza Zali yang memimpin upaya mengatasi wabah itu, sebagaimana dikutip kantor berita pemerintah IRNA.
Rumah sakit-rumah sakit di Iran diyakini memiliki sekitar 110.000 tempat tidur, termasuk 30.000 tempat tidur di ibukota Teheran. Otorita berwenang berjanji akan mendirikan klinik-klinik keliling jika diperlukan. [em/ii]