Kementerian Pertahanan Iran memamerkan sebuah drone pada Selasa (22/8) yang menyerupai drone bersenjata Amerika, MQ-9 Reaper. Kementerian itu mengklaim bahwa pesawat nirawak tersebut mampu mengudara selama 24 jam dan memiliki jangkauan untuk mencapai musuh bebuyutan negara itu, Israel.
Kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah Iran menerbitkan foto drone, yang disebut Mohajer-10, yang dipajang di sebuah konferensi yang menandai Hari Industri Pertahanan dengan apa yang tampak seperti kabut mesin asap di bawahnya.
“Mohajer” berarti “imigran” dalam bahasa Farsi dan telah menjadi jenis drone yang diproduksi oleh Republik Islam itu sejak 1985.
IRNA mengatakan drone tersebut mampu terbang hingga ketinggian 7.000 meter dengan kecepatan 210 kilometer per jam, dan membawa muatan bom hingga 300 kilogram.
Kantor berita tersebut juga mengatakan drone itu bisa membawa peralatan pengawasan elektronik dan kamera. Presiden garis keras Iran Ebrahim Raisi, anak didik Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, juga melihat langsung drone itu pada Selasa (22/8).
"Hari ini, kita dapat dengan tegas memperkenalkan Iran sebagai negara maju dan berteknologi kepada dunia," kata Raisi dalam komentar yang ditayangkan di televisi pemerintah.
“Kemarin kita dianggap sebagai negara konsumen yang membutuhkan bantuan pihak lain. Hari ini kita dipandang sebagai negara produsen yang sangat dihormati dalam industri militer dan pertahanan," tandasnya.
Ia menegaskan kembali sikap Iran tentang hubungan persahabatan dengan "semua negara di dunia," dan menambahkan bahwa angkatan bersenjata Iran akan memotong tangan apa pun yang akan menjangkau dalam upaya untuk menyerang Iran, lapor TV pemerintah.
Associated Press tidak dapat segera memverifikasi klaim tentang kemampuan pesawat tak berawak itu, meskipun televisi pemerintah membagikan video lepas landas dari landasan pacu. Drone jarak jauh seperti Reaper juga membutuhkan stasiun darat dan komunikasi satelit.
BACA JUGA: AS: Rusia Terima Pasokan Ratusan Drone Iran untuk Serang UkrainaPejabat di Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar Associated Press pada Selasa (22/8).
Iran di masa lalu pernah menangkap -- atau menyita sebagian dari -- drone AS, tetapi tidak ada bukti bahwa Iran telah menggunakan Reaper General Atomics, yang diterbangkan oleh Angkatan Udara AS dan negara-negara sekutu Amerika sebagai drone "pemburu-pembunuh" yang dapat beroperasi. di ketinggian tinggi selama berjam-jam dan mengikuti target sebelum menyerang. Korea Utara pada Juli memamerkan drone yang mencerminkan Reaper, kemungkinan dirancang dari informasi yang tersedia untuk umum tentang pesawat tersebut.
Pada Desember 2011, Iran menyita RQ-170 Sentinel yang diterbangkan oleh CIA untuk memantau situs nuklir Iran setelah memasuki wilayah udara Iran dari negara tetangga Afghanistan. Iran kemudian merekayasa balik drone tersebut untuk membuat varian mereka sendiri.
Pada 2019, Iran menembak jatuh RQ-4A Global Hawk milik Angkatan Laut AS di Selat Hormuz di tengah ketegangan tinggi atas kesepakatan nuklirnya yang gagal dengan negara-negara besar dunia.
Reaper juga membawa makna khusus bagi Iran, seperti yang dilaporkan melakukan serangan tahun 2020 di Baghdad yang menewaskan Qassem Soleimani, seorang jenderal pasukan paramiliter Garda Revolusi.
Iran secara terpisah mengatakan telah memberikan dua jenis rudal balistik kepada pasukan militernya dan Garda pada Selasa, termasuk satu yang dinamai Soleimani.
BACA JUGA: Kanada Jatuhkan Sanksi Baru terhadap Iran Terkait Protes dan DroneIran telah meluncurkan serangkaian drone yang digambarkannya mampu terbang dengan daya tahan lama selama beberapa tahun terakhir. Masih belum jelas bagaimana mereka digunakan dalam pertempuran.
Namun drone Iran lainnya telah menjadi elemen kunci dari perang lanjutan Rusia di Ukraina. Teheran telah menawarkan serangkaian penjelasan yang kontradiktif tentang drone, pertama menyangkal mereka memasoknya ke Moskow dan kemudian mengklaim bahwa mereka menjual drone hanya sebelum perang dimulai. Namun, volume drone yang digunakan dalam konflik menunjukkan adanya pasokan senjata pembawa bom yang stabil oleh Iran dalam perang itu.
Pada bulan Juni, Gedung Putih mengatakan Iran memberi Rusia bahan untuk membangun pabrik pembuatan drone di timur Moskow karena Kremlin berupaya memastikan pasokan persenjataan yang stabil. [ab/uh/ka]