Israel Bantah Tuduhan PBB bahwa IDF Menarget Pasukan Perdamaian di Lebanon

  • Lisa Schlein

Para tentara pasukan perdamaian PBB mengibarkan bendera PBB sambil mengamati alat berat Israel menghancurkan terowongan dekat perbatasan selatan Lebanon-Israel di desa Mays al-Jabal, Lebanon, 13 Desember 2019. (Foto: Hussein Malla/AP Photo)

Pasukan Israel beroperasi di Lebanon selatan dalam upaya untuk memusnahkan benteng kelompok militan Hizbullah.

Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (18/10) menuduh Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defence Force/IDF) berulang kali menargetkan pasukan penjaga perdamaian PBB di sepanjang garis biru, perbatasan sementara antara Israel dan Lebanon yang dibuat oleh PBB.

“Kami telah menjadi sasaran beberapa kali dan dengan sengaja diserang saat berada di dalam perbatasan di Naqoura, melukai dua penjaga perdamaian,” kata Andrea Tenenti, juru bicara UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon), Pasukan Sementara PBB di Lebanon, kepada para wartawan di Jenewa dari Beirut.

“Mereka menyerang sistem komunikasi yang sangat dekat dengan bunker tempat pasukan penjaga perdamaian berlindung. Dan ada peristiwa ketika pasukan IDF memasuki posisi UNIFIL dan bertahan di sana selama 45 menit.

“Jadi semua elemen ini jelas dan kami sangat vokal bahwa ini adalah serangan yang disengaja terhadap misi tersebut,” katanya.

BACA JUGA: Pasukan Penjaga Perdamaian PBB ‘Tetap Berada di Semua Posisi’ di Lebanon 

Israel menolak tuduhan bahwa mereka mengejar pasukan penjaga perdamaian. Pada Kamis (17/10), kantor berita Prancis AFP mengutip pernyataan tentara Israel yang mengatakan, “Situs dan pasukan infrastruktur UNIFIL bukanlah target.”

Pasukan Israel beroperasi di Lebanon selatan dalam upaya untuk memusnahkan benteng kelompok militan Hizbullah.

IDF Tuding Hizbullah

IDF mengakui melukai dua penjaga perdamaian UNIFIL pada 11 Oktober ketika pasukan melepaskan tembakan yang menurut pernyataan IDF di X disebut sebagai “ancaman langsung.” IDF telah menyatakan bahwa militan Hizbullah di Lebanon dengan sengaja beroperasi di dekat pos dan pangkalan UNIFIL, “sehingga membahayakan personel UNIFIL.”

Meskipun ada tuntutan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar misi PBB menjauh dari garis biru, Tenenti mengatakan “ada keputusan bulat dari semua pihak agar (UNIFIL) tetap bertahan.”

BACA JUGA: Uni Eropa Kecam Serangan Terhadap Pasukan UNIFIL

“Kami harus berada di sini. Kita perlu mencoba mengembalikan stabilitas dan perdamaian di kawasan ini,” katanya, sambil mengakui bahwa hal ini tidak mudah karena baku tembak antara Hizbullah dan Israel pada bulan lalu telah “mengubah permusuhan menjadi konflik yang lebih mematikan dan fatal.”

Dia mengatakan bahwa serangan ke wilayah Lebanon oleh IDF di dekat garis biru di kedua sektor UNIFIL, timur dan barat, “merupakan pelanggaran kedaulatan Lebanon, dan juga pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan 1701.”

Pasukan perdamaian dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) berjaga di pos pengamatan di sepanjang garis biru yang memisahkan Lebanon dan Israel, di dekat Kota Marwahin, di selatan Lebanon, 12 Oktober 2023. (Foto: Christina Assi/AFP)

Juru bicara UNIFIL menggambarkan kehancuran banyak desa di sepanjang garis biru dan mengatakan bahwa mengingat bahaya dan serangan terhadap UNIFIL, sebagian besar patroli dalam beberapa minggu terakhir telah ditangguhkan “sampai keadaan membaik.”

Meskipun pasukan penjaga perdamaian PBB mempunyai hak untuk membela diri, ia mengatakan bahwa “kami harus sangat pragmatis mengenai kapan dan bagaimana menggunakannya karena kami tidak ingin menjadi bagian dari konflik dan menggunakan kekuatan yang dapat memicu lebih banyak kekerasan."

Menurut pihak berwenang Lebanon, lebih dari 2.300 orang telah terbunuh dan lebih dari 11.000 orang terluka sejak permusuhan antara Hizbullah dan Israel dimulai pada Oktober 2023, sementara lebih dari 1,2 juta orang telah mengungsi. [ft/ah]