Israel Ekstradisi Perempuan Pelaku Kejahatan Seks ke Australia

Malka Leifer, mantan kepala sekolah Australia yang dicari di Australia karena dicurigai melakukan pelecehan seksual terhadap siswa, berjalan di koridor Pengadilan Distrik Yerusalem didampingi oleh penjaga Layanan Penjara Israel, di Yerusalem 14 Februari 2018. (Foto: Reuters)

Pihak berwenang Israel, Senin (25/1), mengekstradisi seorang perempuan yang dicari atas 74 tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak di Australia, menyusul perdebatan hukum selama enam tahun yang telah membuat tegang hubungan antara kedua pemerintah.

Malka Leifer, mantan guru yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa mantan siswinya di sebuah sekolah Yahudi di Melbourne, telah melawan ekstradisi dari Israel sejak 2014. Leifer bersikeras mengatakan dirinya tidak bersalah. Kasus pengadilannya yang berlarut-larut, serta penundaan berulang atas ekstradisinya, menuai kritik dari pejabat Australia dan para pemimpin Yahudi di negara itu.

Media Israel memotret Leifer saat menaiki sebuah pesawat di Bandara Ben Gurion, Senin pagi. Pergelangan kaki dan tangannya dibelenggu. Pengacaranya, Nick Kaufman, membenarkan ekstradisi tersebut.

Situs berita berbahasa Ibrani Ynet melaporkan bahwa ia naik penerbangan ke Frankfurt, di mana ia kemudian akan pindah ke penerbangan lain menuju Australia.

Keberangkatannya diatur sehingga ia meninggalkan negara itu sebelum penutupan bandara Israel pada tengah malam karena wabah virus corona di negara itu.

BACA JUGA: Pengadilan Israel Setujui Ekstradisi Mantan Guru yang Lecehkan Murid di Australia

Pada bulan Desember, Mahkamah Agung menolak banding terakhir terhadap ekstradisinya, dan menteri kehakiman Israel menandatangani perintah untuk mengirimnya ke Australia.

Leifer menghadapi 74 dakwaan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang diduga dilakukannya saat mengajar di Melbourne.

Ketika tuduhan terhadapnya mulai muncul pada 2008, Leifer yang lahir di Israel meninggalkan sekolah dan kembali ke Israel, tempat ia tinggal sejak itu.

Para pengecam, termasuk para korban Leifer, menuduh pihak berwenang Israel berlarut-larut menangani kasus ini, sementara Leifer mengklaim ia secara mental tidak sehat untuk diadili.

Tahun lalu, panel psikiater Israel memutuskan Leifer berbohong tentang kondisi mentalnya, sehingga proses pengadilan ekstradisinya dilangsungkan. [ab/uh]