Israel: Facebook, YouTube Picu Serangan

Seorang demonstran Palestina memegang batu dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Israel, di pos pemeriksaan Hizme dekat Tepi Barat kota Ramallah, 30 September 2015.

Israel mengatakan pada hari Kamis (8/10) telah meminta Facebook dan YouTube untuk menghapus video yang diklaim negara tersebut telah mendorong warga Palestina melakukan kekerasan kepada Israel sepanjang minggu ini.

Empat warga Israel dibunuh di Yerusalem dan menduduki Tepi Barat sepanjang minggu ini dan dua warga Palestina ditembak mati dan puluhan cedera dalam bentrokan dengan petugas keamanan. Tiga tersangka penyerang Palestina tewas di tangan polisi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Emmanuel Nahshon, menunjukkan cuplikan surat yang dikirim ke Google Israel, perusahaan induk YouTube, dan mengatakan juga telah mengirimkan surat serupa kepada Facebook.

"Video ini menggambarkan serangan-serangan teror baru-baru ini, memuji para penyerang dan menampilkan Yahudi dan warga Israel sebagai tokoh yang penuh kebencian dan rasis. Tiga serangan telah terjadi sejak video tersebut diterbitkan," tulis surat tersebut.

Perwakilan Facebook dan Google Inc. mengatakan mereka tidak bisa memberikan keterangan apapun tentang video yang dimaksud ataupun kontak dengan pemerintah.

"YouTube mempunyai kebijakan yang jelas yang melarang konten kekerasan, ajakan membenci dan hasutan untuk melakukan tindak kekerasan. Kami menghapus semua video yang melanggar kebijakan ini kalau ada pengguna YouTube yang melapor," ujar juru bicara Google Paul Solomon.

Surat kepada Google tersebut menyebutkan tautan ke dua video yang dimuat di YouTube, dan salah satu video tersebut telah dihapus.

Dalam sebuah klip, yang bisa ditemukan di situs berita Israel, satu lagu berbahasa Yahudi dengan aksen Arab mengajak membunuh "Zionis" sementara klip lainnya menunjukkan animasi penembakan pasangan Israel yang tewas di Tepi Barat seminggu lalu.

Ketika ditanya mengenai permintaan Israel itu, juru bicara Facebook mengatakan: "Kami ingin orang-orang merasa aman ketika menggunakan Facebook. Tidak ada tempat di Facebook untuk konten yang mengajak melakukan kekerasan, menampilkan ancaman, teror atau ajakan kebencian di Facebook."

Juru bicara Facebook tersebut menolak memberikan komentar tentang apakah Facebook telah menerima keluhan tentang postingan anti-Arab.

Tapi ia mengatakan, Facebook mendorong orang-orang untuk menggunakan fitur laporan kalau mereka menemukan konten yang diyakini melanggar standar Facebook, supaya Facebook bisa segera menyelidikinya dan mengambil tindakan."

Situs media sosial seringkali ramai ketika kekerasan antara warga Israel dan Palestina pecah, seperti saat perang Israel-Gaza yang berlangsung pada tahun 2014, dengan perdebatan berapi-api antara para pengguna dan kadang-kadang bahkan antara pejabat atau laskar dari kedua pihak, yang disebarkan di media sosial.

Sebuah komentar yang dipasang di laman Facebook aktivis terkemuka pemukim sayap kanan Israel mengajak orang-orang menggunakan tongkat untuk memukuli warga Arab di Kota Tua Yerusalem, tempat dua warga Israel ditusuk hingga tewas. [dw]