Israel Gelar Latihan Angkatan Udara Terbesar di saat Kunjungan Panglima Angkata Udara UEA

Seorang mekanik dari Angkatan Udara Israel memeriksa sebuah jet F-16 dalam latihan "Bendera Biru" yang melibatkan beberapa negara dan dilaksanakan di pangkalan udara Ovda, sebelah utara kota Eilat, Israel pada 24 Oktober 2021. (Foto: AFP/Jack Guez)

Israel mengadakan latihan angkatan udara terbesarnya pada minggu ini, yang diikuti oleh beberapa negara Barat dan India. Panglima Angkatan Udara (AU) Uni Emirat Arab dijadwalkan akan memeriksa latihan tersebut.

Amir Lazar, kepala operasi angkatan udara Israel, mengatakan kepada para wartawan bahwa latihan itu “tidak fokus pada (ancaman) Iran,” tetapi para pejabat militer mengatakan republik Islam itu tetap menjadi ancaman strategis utama Israel dan menjadi pusat dari sebagian besar perencanaan militernya.

BACA JUGA: Aktivis Serukan Pencabutan Label Teroris Enam Kelompok HAM 

Israel telah mengadakan latihan “Bendera Biru” setiap dua tahun sekali sejak 2013 di gurun Negev.

Beberapa latihan pendahuluan sebelumnya telah dimulai pada minggu lalu.

Negara-negara lain yang ikut ambil bagian dalam latihan tersebut pada tahun ini diantaranya termasuk Prancis, Amerika Serikat dan Jerman, serta Inggris, yang pesawatnya terbang di atas wilayah Israel untuk pertama kalinya sejak pembentukan negara Yahudi itu pada tahun 1948.

Dengan lebih dari 70 jet tempur – termasuk Mirage 2000, Rafale dan F-16 – dan sekitar 1.500 personel berpartisipasi, latihan tersebut adalah yang terbesar yang pernah diadakan di Israel, kata Lazar kepada para wartawan di pangkalan udara Ovda, Israel selatan.

BACA JUGA: Menlu Swedia di Ramallah, Tekankan Komitmen UE untuk Dukung Solusi Israel-Palestina

Ibrahim Nasser Mohammed Al Alawi, komandan angkatan udara Uni Emirat Arab, mendarat di Israel pada Senin (25/10), kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

Meski pesawat UEA tidak ikut terbang dalam Latihan itu, Lazar mengatakan kunjungan kepala angkatan udara negara itu “sangat signifikan.”

Perjanjian yang membuat Israel menormalkan hubungan tahun lalu dengan beberapa negara Arab, termasuk UEA, Bahrain dan Maroko, telah “membuka berbagai peluang,” kata Lazar pada Minggu (24/10). [lt/rs]