Di tempat yang bergejolak di Tepi Barat, Israel telah memasang robot senjata yang dapat menembakkan gas air mata, granat kejut, dan peluru berujung spons ke warga Palestina. Robot-robot yang bertengger di atas kamp pengungsi Palestina itu memanfaatkan kecerdasan buatan untuk melacak target.
Militer Israel mengatakan teknologi baru itu tidak menimbulkan risiko bagi tentara dan warga sipil, sementara orang Palestina mengatakan senjata itu tidak manusiawi, berbahaya, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Meskipun dipersenjatai dengan amunisi yang tidak mematikan dan tidak sepenuhnya otomatis, sepasang robot senjata di atas menara penjaga di kamp pengungsi al-Aroub di Tepi Barat tetap saja membuat banyak orang Palestina ketakutan. Dengan satu sentuhan tombol saja, tentara Israel yang berjaga di balik jendela antipeluru menara itu dapat mengaktifkan senjata-senjata tersebut untuk menembak target tertentu.
BACA JUGA: Uni Eropa Tekan Israel untuk Wujudkan Solusi Dua Negara dengan PalestinaOrang-orang Palestina mengatakan, senjata di menara itu telah berulang kali menghujani kamp di lereng bukit itu dengan gas air mata. Kamal Abu Hishesh, seorang penduduk kamp al-Aroub, mengatakan senjata itu beroperasi sangat cepat.
"Sangat cepat, bahkan lebih cepat dari yang biasa dilakukan oleh tentara. Bau gas yang dilepaskannya juga lebih kuat dari bau gas dari bubuk senjata. Bom gas air mata yang ditembakkan dapat mencapai ujung kamp dan sampai ke sana. Saya telah melihatnya beberapa kali dan saya bahkan punya videonya,” jelasnya.
Sebetulnya bukan bom gas air mata yang bisa ditembakan senjata itu tapi juga peluru sungguhan. Namun, militer Israel mengatakan, mereka hanya melengkapi robot senjata itu dengan peluru berujung spons yang tidak mematikan.
Robot senjata sebetulnya semakin sering digunakan di berbagai penjuru dunia, dan drone merupakan jenis yang paling banyak dimanfaatkan.
Senjata yang dikendalikan dari jarak jauh seperti yang dioperasikan Israel di Tepi Barat sendiri telah lama digunakan oleh Amerika Serikat di Irak, Korea Selatan, tepatnya di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara dan oleh pemberontak Suriah.
Robot senjata itu dibuat oleh Smart Shooter, sebuah perusahaan yang menawarkan kontrak senjata dengan puluhan militer di berbagai penjuru dunia. CEO-nya, Michal Mor mengatakan senjata itu tidak sepenuhnya bisa beroperasi sendiri dan membutuhkan pemilihan target dan amunisi oleh manusia.
BACA JUGA: Palestina: Militer Israel Tewaskan 2 Orang di Tepi Barat“Beranjak dari pengalaman mengembangkan rudal presisi, sistem pengendalian tembakan Smart Shooter mencoba mencapai dua tujuan utama. Pertama, melindungi tentara dengan meningkatkan jarak antara mereka dan situasi. Kedua, mengurangi kerusakan tambahan, yang kami sebut dalam bahasa militer, menghindari orang yang tidak bersalah dalam situasi tersebut. Kami melakukannya dengan memastikan bahwa tentara menembak target secara tepat. Dampak kerusakannya lebih ringan. Kami menggunakan peluru kecil kaliber 556, bukan rudal," terangnya.
Omar Shakir, Direktur Urusan Israel dan Palestina di Human Rights Watch, mengatakan robot senjata itu mencontohkan "pergeseran Israel menuju dehumanisasi digital sistem senjata" yang mengesampingkan penilaian alamiah manusia dalam konflik yang kompleks.
Ia mengatakan robot senjata itu mengurangi risiko bagi tentara Israel tetapi meningkatkan risiko bagi warga Palestina. Dengan menggunakan teknologi seperti itu, Shakir mengatakan Israel sedang menciptakan "tong mesiu" untuk pelanggaran HAM. [ab/ka]
Your browser doesn’t support HTML5