Israel dan Palestina bereaksi secara hati-hati atas pengumuman Liga Arab bahwa organisasi itu mendukung gagasan 'pertukaran lahan' untuk perundingan Israel-Palestina.
YERUSALEM —
Gagasan pertukaran lahan itu diungkapkan Liga Arab untuk merundingkan perbatasan masa depan Israel-Palestina sebagai bagian dari perjanjian damai Timur Tengah. Para menteri negara-negara Arab mengumumkan gagasan itu setelah pertemuan di Washington hari Selasa (30/4).
Para pejabat Israel menyatakan reaksi beragam atas pengumuman Liga Arab bahwa mereka akan menerima apa yang disebutnya pertukaran lahan yang tidak begitu penting tapi sebanding dengan Israel untuk mendorong perundingan damai Timur Tengah yang macet.
Kepala perunding Israel untuk pembicaraan itu, Menteri Kehakiman Tzipi Livni, menyebutnya berita positif yang mengirim pesan kepada rakyat Israel.
Livni mengatakan, "Kita perlu kembali ke meja perundingan sesegera mungkin dan kami tentu saja menyambut baik pesan dari Liga Arab itu."
Para pemimpin oposisi Israel juga menyatakan dukungan bagi proposal tersebut.
Tanggapan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu lebih berhati-hati. Hari Rabu (1/5), dia mengatakan kepada para pejabat senior Israel bahwa akar konflik Israel-Palestina bukanlah wilayah, melainkan keengganan Palestina untuk mengakui negara Israel.
Kepala perunding Palestina, Saeb Erekat, mengatakan pengumuman Liga Arab itu tidak mengandung hal yang baru.
Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan usulan itu mewakili posisi resmi Palestina – seperti dirangkum hari Selasa oleh ketua delegasi Liga Arab, Perdana Menteri Qatar Sheikh Hamad Bin Jassem al-Thani.
"Perjanjian seharusnya didasarkan pada solusi dua negara berdasarkan garis perbatasan pada tanggal 4 Juni 1967 dengan kemungkinan dilakukan pertukaran lahan yang tidak begitu penting tapi sebanding dan disepakati bersama," ujar Al-Thani.
Pernyataan itu menggarisbawahi posisi Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas bahwa setiap negosiasi harus dimulai dengan perbatasan yang ada sebelum Perang Arab-Israel 1967.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perbatasan-perbatasan itu tidak dipertahankan bagi negaranya.
Pembicaraan damai Israel-Palestina telah terhenti selama beberapa tahun. Palestina mengatakan mereka bisa melanjutkan pembicaraan hanya jika Israel menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina dan membebaskan semua tahanan politik.
Namun, pemerintah Israel mengatakan, Palestina harus kembali ke meja perundingan tanpa prasyarat.
Para pejabat Israel menyatakan reaksi beragam atas pengumuman Liga Arab bahwa mereka akan menerima apa yang disebutnya pertukaran lahan yang tidak begitu penting tapi sebanding dengan Israel untuk mendorong perundingan damai Timur Tengah yang macet.
Kepala perunding Israel untuk pembicaraan itu, Menteri Kehakiman Tzipi Livni, menyebutnya berita positif yang mengirim pesan kepada rakyat Israel.
Livni mengatakan, "Kita perlu kembali ke meja perundingan sesegera mungkin dan kami tentu saja menyambut baik pesan dari Liga Arab itu."
Para pemimpin oposisi Israel juga menyatakan dukungan bagi proposal tersebut.
Tanggapan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu lebih berhati-hati. Hari Rabu (1/5), dia mengatakan kepada para pejabat senior Israel bahwa akar konflik Israel-Palestina bukanlah wilayah, melainkan keengganan Palestina untuk mengakui negara Israel.
Kepala perunding Palestina, Saeb Erekat, mengatakan pengumuman Liga Arab itu tidak mengandung hal yang baru.
Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan usulan itu mewakili posisi resmi Palestina – seperti dirangkum hari Selasa oleh ketua delegasi Liga Arab, Perdana Menteri Qatar Sheikh Hamad Bin Jassem al-Thani.
"Perjanjian seharusnya didasarkan pada solusi dua negara berdasarkan garis perbatasan pada tanggal 4 Juni 1967 dengan kemungkinan dilakukan pertukaran lahan yang tidak begitu penting tapi sebanding dan disepakati bersama," ujar Al-Thani.
Pernyataan itu menggarisbawahi posisi Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas bahwa setiap negosiasi harus dimulai dengan perbatasan yang ada sebelum Perang Arab-Israel 1967.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perbatasan-perbatasan itu tidak dipertahankan bagi negaranya.
Pembicaraan damai Israel-Palestina telah terhenti selama beberapa tahun. Palestina mengatakan mereka bisa melanjutkan pembicaraan hanya jika Israel menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina dan membebaskan semua tahanan politik.
Namun, pemerintah Israel mengatakan, Palestina harus kembali ke meja perundingan tanpa prasyarat.