Israel menyerang lebih dari 800 target di Lebanon pada Senin, termasuk ibu kota Beirut, yang menyebabkan ribuan orang mengungsi.
Iron Dome Israel mencegat roket dari Lebanon pada Senin malam. Namun, kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah tetap ada.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan kepada jurnalis di Gedung Putih, bahwa Amerika Serikat bekerja sama dengan mitranya di kawasan tersebut. “Kami berupaya meredakan ketegangan, dengan cara yang memungkinkan, orang-orang kembali ke rumah mereka dengan aman,” komentarnya.
Minggu lalu, Israel melakukan operasi pembunuhan menggunakan penyeranta, yang dikendalikan dari jarak jauh dan meledak, menewaskan anggota Hizbullah, yang ditetapkan oleh Amerika Serikat sebagai kelompok teroris.
Your browser doesn’t support HTML5
Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan tindakan militer Israel. “Kami tidak menunggu ancaman, kami mengantisipasinya. Di mana pun, di arena apa pun, kapan pun. Kami melenyapkan pejabat senior, kami melenyapkan teroris, kami melenyapkan rudal, dan masih banyak lagi yang akan dilakukan.”
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari memperingatkan warga sipil Lebanon pada Senin untuk menjauh dari depot militer. “Hizbullah bermaksud meluncurkan senjata-senjata ini ke Israel, dan kami tidak akan membiarkannya. Jauhi mereka demi perlindungan Anda sendiri,” sebutnya.
Serangan udara tersebut memicu pertemuan darurat Kabinet Lebanon dan peringatan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Imran Riza, wakil koordinator khusus PBB untuk Lebanon, mengatakan, “Apa yang telah kita lihat selama seminggu terakhir ini sungguh dramatis. Sungguh dramatis, konsekuensinya terhadap warga sipil sangat besar.”
BACA JUGA: Menkes Lebanon: Jumlah Korban Tewas Serangan Israel 558 OrangSementara Gedung Putih mengatakan pada Senin bahwa mereka terus mencari solusi diplomatik, analis mengatakan kepada VOA bahwa gencatan senjata dari perang yang hampir berlangsung setahun antara Israel dan Hamas tampaknya semakin tidak mungkin.
Nimrod Goren, peneliti senior di Middle East Institute di Washington, DC, mengatakan, “Kemungkinan gencatan senjata di Gaza bukan lagi solusinya, karena itu tidak terjadi. Jadi, saya pikir upaya diplomatik Amerika Serikat lainnya tidak jelas, terkait bagaimana upaya-upaya itu akan mencapai hasil.”
Konflik ini dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas menewaskan lebih dari seribu orang dan menyandera 250 orang. Respons militer Israel telah menewaskan lebih dari 41 ribu orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut. [ns/ab]