Fakhri Abu Diab dari Palestina lahir 62 tahun yang lalu di rumah yang menjadi tempat tinggal masa tuanya di distrik Silwan, Yerusalem Timur, di sebuah lingkungan yang disebut Bustan, atau Taman.
Namun sebelumnya, tahun ini, pihak berwenang Israel menghancurkan rumahnya dan mengatakan bahwa rumahnya telah diperluas tanpa izin.
Abu Diab mengeluhkan tindakan itu. “Kemana saya harus pergi? Saya tidak punya tempat tujuan, saya menjadi tunawisma.”
Abu Diab mengatakan dia dan tetangga-tetangganya di Yerusalem Timur telah berulang kali mencoba mendapatkan izin mendirikan bangunan, namun Israel hampir selalu menolak permintaan mereka.
Dia mengatakan Israel akan menghancurkan sekitar 100 rumah di lingkungannya, dengan sepuluh di antaranya sudah dirobohkan. Pemerintah Israel mengatakan lahan di mana rumah-rumah itu berdiri akan digunakan untuk membangun sebuah taman arkeologi.
Di Batn Al Hawa, sebuah lingkungan lain di distrik Silwan, situasinya lebih kompleks. Orang-orang Yahudi pernah menetap di sana pada akhir abad ke-19 tetapi kemudian hengkang setelah kerusuhan Arab pada tahun 1930-an.
BACA JUGA: Krisis Pembangunan di Gaza Bahayakan Generasi MendatangMenurut hukum Israel, properti di Yerusalem yang awalnya berada di tangan orang Yahudi dapat kembali menjadi milik orang Yahudi. Warga Palestina yang telah membeli properti itu tidak berhak tinggal di sana.
Aktivis lingkungan Palestina Zuhair Rajabi mengatakan rumahnya termasuk di antara 87 rumah di lingkungan tersebut yang mendapat perintah penggusuran. Pemerintah Israel mengatakan lahn di mana rumah-rumah itu berdiri pernah dimiliki oleh sebuah lembaga filantropis untuk orang-orang Yahudi yang kini -- dan pernah -- tinggal di Yaman.
“Kami membeli rumah itu, kami tidak mencurinya, kami punya dokumennya. Setiap keluarga di sini memiliki dokumen pembelian. Dalam kasus saya, ayah saya membeli rumah ini pada tahun 1966, dan kami sudah tinggal di sini sejak tahun 1966. Saya terkejut pada tahun 2015 ketika saya dan saudara laki-laki saya mendapat perintah penggusuran. Untuk apa?,” keluh Rajabi.
Rajabi mengatakan dia dan tetangga-tetangganya sering diganggu oleh sekitar 40 keluarga pemukim Yahudi yang pindah ke lingkungan tersebut. Lingkungan itu sendiri, katanya, dilindungi oleh para penjaga keamanan yang didanai pemerintah.
Organisasi pemukim Yahudi, Ateret Cohanim, mengklaim bahwa sebenarnya para pemukim Yahudi adalah korban kekerasan warga Palestina. Rumah dan mobil mereka tak jarang diserang bom molotov dan dilempari batu.
Sementara itu, Daniel Luria, perwakilan Ateret Cohanim, mengatakan tidak ada hal yang ilegal dalam upaya pembelian properti dan pembangunan kembali permukiman Yahudi di wilayah tersebut.
“Pada dasarnya raja-raja dan nabi-nabi bangsa Yahudi – sejarah dan warisannya – berkembang di sini. Ini adalah pusat Yerushalayim, Yerusalem, dan pusat dunia Yahudi,” kata Luria.
Your browser doesn’t support HTML5
Kelompok-kelompok HAM Israel telah berusaha membela warga Palestina di Yerusalem Timur, yang terdiri atas hampir 40% dari populasi kota tersebut. Mereka mempersoalkan perintah penggusuran dan pembongkaran yang dikeluarkan pemerintah Israel. Kelompok-kelompok tersebut mengatakan upaya-upaya yang menyengsarakan warga Palestina itu telah meningkat selama setahun terakhir, karena dunia lebih terfokus pada Gaza.
Aviv Tatarsky adalah seorang aktivis yang bekerja untuk Ir Amim, sebuah LSM Israel yang mencoba melindungi hak-hak warga Palestina di Yerusalem. “Kami mencari cara untuk memblokir tindakan pemerintah Israel, namun ketidakseimbangan kekuasaan tidak menguntungkan kami,” tukasnya.
Dalam setahun terakhir konflik Arab-Israel terjadi di banyak wilayah, termasuk Gaza, Lebanon, Yaman dan Iran. Konflik mereka di Yerusalem relatif lebih tenang. Namun, meningkatnya jumlah pembongkaran dan penggusuran rumah warga Palestina bisa memicu lebih banyak ketegangan di kota tersebut. [ab/lt]