Di berbagai iklan kampanye politik, baik politisi dari Partai Republik maupun Partai Demokrat, menuduh lawan politiknya menguntungkan Tiongkok dan merugikan tanah air sendiri.
Beberapa contohnya adalah, “Pat Toomey mungkin akan mencalonkan diri sebagai anggota Senat Tiongkok”, atau “Gibbs menginginkan perdagangan bebas dengan Tiongkok agar standar hidup disana menjadi lebih baik. Tetapi bagaimana dengan ornag-orang di Ohio.”
Sebagai negara adidaya ekonomi baru, Tiongkok mudah digambarkan sebagai ancaman bagi rakyat Amerika yang sedang terhimpit krisis.
“Celana jeans, bahkan mainan anak-anak, semuanya ‘Made in China’,” kata salah satu iklan kampanye.
Penggambaran pihak asing sebagai momok untuk menakut-nakuti calon pemilih dan menjatuhkan lawan politik, bukanlah hal yang baru di Amerika.
Pada masa perang dingin, Rusia seringkali disebut dalam iklan politik Amerika. Baru-baru ini, al-Qaida dan Taliban. Sekarang giliran Tiongkok yang mewarnai iklan politik, mengingat isu ekonomi merupakan prioritas utama para pemilih.
“Cina (Tiongkok) cocok menjadi kambing hitam karena dianggap sebagai kekuatan ekonomi baru. Cina (Tiongkok) dianggap sebagai ancaman bagi dominasi Amerika dalam bidang ekonomi. Misalnya, anggapan bahwa Cina (Tiongkok) mengancam pekerjaan warga Amerika, atau Cina (Tiongkok) mengambil uang pajak warga Amerika. Ide-ide seperti inilah yang dipakai dalam iklan-iklan politik,” kata Evan Tracey, seorang analis kampanye politik.
Analis menilai, peng-kambing-hitaman Tiongkok ini adalah taktik kotor para politisi.
“Saya kira politis yang mencoba menyalahkan Obama atas masalah ekonomi Amerika, tidak jujur dengan konstituen yang ia akan wakili,” ungkap Dan Griswold dari CATO Institute.
Selama kampanye pemilu sela ini, ada ratusan iklan politik yang melibatkan Tiongkok di dalamnya.